Tulisan ini sekedar dokumentasi kecil kegiatan budaya yang jarang digelar di Indonesia. Acaranya memang sudah cukup lama berlalu, tapi perlu saya catat di sini karena banyak hal menarik yang layak diingat, meski waktu berlalu. Juga sebagai pengingat untuk kita semua, bagaimana budaya kita yang kurang diminati di negeri sendiri mendapat tempat yang terhormat di negeri orang.
Solo Keroncong festival, digelar di Pasar Triwindu, Ngarsopuro, Solo (Jawa Tengah) pada 29-30 September tahun lalu. Meski diadakan sederhana dan digelar di pasar, festival tak hanya menampilkan belasan orkes keroncong (OK) dari dalam negeri, tapi menyuguhkan penampilan beberapa penyanyi luar negeri yang turut melantunkan keroncong. Diantaranya Max Valerio dari Italia yang berduet dengan penyanyi keroncong senior Indonesia Waldjinah, membawakan lagu 'Semusim' yang aslinya dilantunkan Waldjinah dengan almarhum Chrisye.
Ada pula OK D'Temasik dari Singapura yang tak hanya membawakan lagu-lagu keroncong berbahasa Indonesia, namun juga berbahasa Jawa 'Romo Ono Maling.' Merekapun mempersembahkan satu lagu untuk Waldjinah atas dedikasi Beliau pada musik keroncong, 'Ibu'. Sekedar memngingatkan, Waldjinah juga 'menjabat' sebagai ketua panitia festival ini.
Penyanyi Jepang Hiromi Kano turut tampil dengan lagu keroncong yang sangat populer di negerinya, apalagi kalau bukan 'Bengawan Solo'. Tak ketinggalan, negeri jiran yang selalu 'akur' dengan kita, Malaysia turut mengirimkan wakilnya, OK Aswara.
Lagu 'Pamitan' dan 'Putri Solo' mengalun indah dari putri Hongaria, Agnes Vervozo yang tampil berkebaya biru tua (lihat foto). Tak hanya mampu menaklukkan cengkok keroncong yang sulit, Agnespun fasih berkomunikasi dalam bahasa Jawa krama inggil yang ironisnya makin langka dikuasai asli orang Jawa sendiri. Simak saja, bagaimana Agnes menyapa ribuan penonton, "Wilujeng dalu para pamiyarsa sedaya. Kula ndherek nyengkuyung Solo Keroncong Festival. Mugi-mugi keroncong saged langgeng lan ngrembaka." (Selamat malam para penonton. Saya ikut meramaikan Solo Keroncong Festival. Semoga keroncong bisa lestari dan berkembang.)
Tak kalah menarik, penampilan James Chu penyanyi keroncong dari Hongkong yang fasih berbahasa Jawa dan Indonesia. Tak heran, meski telah puluhan tahun tinggal di Hongkong, James lahir di Banyuwangi (Jawa Timur). Tampil membawakan lagu 'Sewu Kutha' dalam bahasa Jawa dan Mandarin, James mendapat sambutan meriah dari penonton.
Masih ada penampilan dari para artis Perancis, Australia, dan Amerika Serikat yang membuat festival semakin semarak. Sepanjang festival yang digelar 2 hari, ribuan penonton selalu membanjir. Tak hanya dari Solo dan sekitarnya, mereka datang dari luar propinsi, bahkan luar pulau Jawa. Semoga tahun ini Solo Keroncong Festival kembali digelar, lebih lancar dan lebih meriah lagi, agar musik keroncong bisa lestari dan makin berkembang, seperti harapan Agnes Vervozo. Semoga. (MGH/Foto:m.detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar