Inilah juara dunia tinju kedua yang dimiliki Indonesia setelah Ellyas Pical. Pulo merebut sabuk tinju kelas bulu super World Boxing Council (WBC) yunior dari petinju Filipina Geron Porras di Lampung (1987). Saat itu usia Pulo baru 21 tahun.
Lahir dengan nama Pulu Safrudin Deu di Gorontalo, ia hanya sempat bersekolah hingga kelas 5 SD karena kesulitan ekonomi. Toh anak yatim piatu ini tak putus asa mengejar cita-citanya menjadi petinju profesional. Demi mengejar cita-citanya pula, Pulo hijrah ke Surabaya, bergabung dengan Sasana Garuda Airlangga. Namanya diubah menjadi Pulo Sugarray, dari nama petinju idolanya, Sugar Ray Leonard asal Amerika Serikat. Prestasinyapun semakin melejit hingga sukses mengkanvaskan petinju Muangthai, Ayuthya, dalam pertandingan peringkat OPBF di Gresik (Jawa Timur, 1986).
'Sepak terjang' Pulo di ring tinju menarik perhatian Tommy Soeharto dan rekan sesama pembalapnya, Tinton Soeprapto. Kedua pembalap nasional itu tertarik mengorbitkan Pulo ke tingkat dunia. Tinton bahkan turun langsung sebagai manajer Pulo. Dan ternyata, Tinton dan Tommy tak salah. Pulo sukses menjadi juara dunia hanya beberapa bulan setelah dimanajeri Tinton.
Namun soal nama, Pulo sempat mendapat kritik dari Menteri Pemuda dan Olahraga waktu itu, Abdul Gafur. Pasalnya nama yang dipakai juara dunia itu sudah bukan nama asli, tapi mengikuti sang idola. Sebenarnya kritik itu ditujukan bukan hanya pada Pulo seorang, karena masa itu banyak sekali petinju yang mengganti namanya dengan nama petinju idola mereka. Toh, Pulo menangapi kritik Abdul Gafur dengan positif. Iapun mengganti lagi namanya menjadi Pulo Thamrin.
Pria tangguh ini tutup usia 20 Maret 2011 karena penyakit jantung. Hanya 46 tahun ia hidup, namun telah menorehkan prestasi emas yang tak terlupakan di dunia tinju Indonesia.(MGH)
manajernya bukan Tinton Suprapto,melainkan Harry Sasmita ,manajer sasana tinju Garuda Airlangga Surabaya.Tinton Suprapto adalah promotor pertandingan saat itu
BalasHapus