Rabu, 20 Juni 2012

MUHAMMAD RACHMAN : REBUT GELAR JUARA DUNIA LAGI DI USIA 40



Tingginya 'hanya' 160 cm. Tapi di atas ring kedigdayaannya tak diragukan lagi. Terbukti diraihnya gelar juara dunia tinju kelas terbang mini versi IBF dengan mengalahkan Daniel Reyes asal kolumbia (2004). Julukannyapun seram-seram: 'The Rock Breaker' dan 'Predator'. Nama julukan yang pertama disematkan publik tinju dunia pada petinju kelahiran Merauke (Papua) tanggal 23 Desember 1971 ini setelah ia mengalahkan petinju elit IBF, Ernesto Rubillar dari Filipina. Ernesto yang dijuluki 'Hard Rock' dikalahkan Rachman dalam pertandingan di Jakarta (2003).


Mohamad Rachman Sawaludin bin Suhaimat, begitu nama lengkapnya, kini tinggal di Blitar (Jawa Timur) bersama istri dan anak-anaknya. Di usia yang tergolong tak lagi muda untuk ukuran atlet, Rachman justru terus berprestasi di tingkat internasional. Setelah merebut gelar juara dunia IBF di usia 33 tahun (2004), Rachman memboyong gelar juara dunia tinju kelas yang sama, kali ini versi WBA setelah meng-KO Kwantai Sithmorseng, sang juara bertahan asal Muangthai (2011). Hebatnya lagi, Rachman meraih gelar juara dunia tanpa bantuan pelatih! Ia hanya berlatih sendiri dengan ditemani istri tercinta yang juga berperan sebagai asisten yang menyiapkan makanan dan pencatat waktu. 


Rachman, putra ke-3 dari 9 bersaudara buah pernikahan H. Suhaimat (PNS) dan Siti  Maryam (petani) terkenal bandel semasa remajanya. Tak hanya hobi berkelahi dan sering tidur di jalanan, Rachman pernah merasakan dinginnya sel penjara. Untung, akhirnya dia menemukan tempat yang tepat untuk menyalurkan agresivitasnya: sasana tinju. Tak berkembang di Merauke, Rachman pindah ke Surabaya dan melamar ke Sasana Pirih saat usianya sudah 20 tahun. Eddy Pirih, pemilik sasana menolaknya karena Rachman dianggap sudah terlalu 'tua' untuk berlatih. Tapi Rachman tak putus asa hingga Eddy mengizinkannya berlatih dengan petinju-petinju Pirih. Saat itulah Eddy melihat bakat bertinju Rachman dan menerimanya berlatih di Sasana Pirih. Rachman meraih gelar internasional pertamanya: juara Asia Pasifik IBF setelah mengkanvaskan petinju Filipina Roger Mananquil (2000). 


Di luar tinju, kehidupan pribadi Rachman pernah mengalami badai hingga terpaksa bercerai dengan istri terdahulu (2007). Tapi kini, Rachman telah tenang dengan keluarga barunya sambil menekuni dunia bisnis. Tak ingin jauh-jauh dari dunia tinju, Rachman juga sedang memulai bisnis promotor tinju. Toh, ia tetap mengutamakan pendidikan dengan meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Putra Bangsa, Surabaya (2006). Benar-benar atlet yang layak jadi teladan!(MGH/Foto:www.demokrat.or.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar