Sabtu, 09 Juni 2012

CATATAN INDAH DARI DEN HAAG DAN HAMBURG


Perancang busana senior Ramli kembali menggelar karya-karyanya di Eropa. Terakhir Belanda dan Jerman yang disambanginya. Dari kedua negara Eropa Barat itu, Belanda mendapat giliran pertama dan kota Den Haag yang dipilih. Di sini, Ramli menggelar karyanya di Hotel Wassenaar selama 2 malam (26-27/5). Meski sebelumnya Ramli sudah berkali-kali menggelar karyanya di Belanda, toh pergelaran akhir Mei lalu tetap sukses besar. Bahkan, tak sedikit sosialita Belanda yang ikut hadir. Menarik untuk menyimak mereka setelah pergelaran busana usai.

Justine Palmelay misalnya. Penyanyi jazz ini langsung berbaur dengan undangan lain, memilih-milih koleksi yang akan dibelinya. Justine tak bisa menyembunyikan kekagumannya pada busana-busana koleksi Ramli. "Aduuh...semuanya indah! Saya sampai bingung!"katanya. Setelah lama mengepas berbagai gaun, Justine membeli 5 potong gaun. Salah satunya, gaun panjang yang ekornya menyapu lantai. "Saya bayangkan menyanyi dengan gaun ini  sambil berpose begini...,"katanya sambil memutar badan dan menyibakkan ekor gaunnya sambil tertawa. 

Kalau Justine begitu heboh memilih gaun, lain lagi dengan Patricia M. Hollamby. Konsultan penyelenggara acara ini hanya diam termangu memandangi koleksi Ramli seusai pergelaran busana. Tangannya mengusap -usap perlahan kain organdi bermotif batik yang diberi sentuhan prada. Lalu satu per satu koleksi itu ia sibakkan. Tampak sekali ada yang mengusik pikirannya. 

"Saya baru datang dari Festival Film Cannes di Perancis. Setiap hari saya melihat para artis melewati karpet merah dengan busana yang seragam. Semuanya baju panjang atau pendek  dengan motif polos dan potongan sederhana. Saya membayangkan seandainya mereka berjalan di karpet merah dengan baju-baju panjang seperti ini, alangkah cantiknya! Sayang, mereka tidak tahu ada baju-baju indah seperti ini," tutur Patricia. 

Peragaan 2 malam di Den Haag sukses. Bahkan selendang tembus pandang bermotif geometris dengan warna halus dan sentuhan prada langsung terjual habis. Pergelaran di Den Haag diprakarsai Peter Tencate, pengusaha Belanda yang juga sudah lama mengenal dan mengagumi karya-karya Ramli.

Sukses di Belanda, Ramli kembali menggelar karyanya di Museum fur Volkerkunde, Hamburg (1/6).Kembali, busana-busana bernuansa asli Indonesia mendapat sambutan hangat para undangan. Hadirin tak henti bertepuk tangan saat para peragawati dan peragawan tampil di catwalk. Seusai pergelaran, para undangan langsung menyerbu ke atas catwalk untuk menemui Ramli sekaligus memilih busana favorit mereka. Sedikit berbeda dari pergelaran sebelumnya, kali ini para undangan didominasi para diplomat dan pejabat pemerintah Jerman. Yang istimewa, penyanyi opera asal Jepang, Mayumi Sakamoto, langsung datang dari negeri matahari terbit ke Jerman untuk hadir dan membeli koleksi Ramli. Seperti tahun lalu, Mayumi kembali membeli koleksi Ramli untuk dipakai dalam pertunjukannya. Pergelaran di Jerman dikoordinir Julie Biesterfeld. 

Ramli telah puluhan tahun berkecimpung di dunia mode Indonesia. Namanya dilekatkan dengan busana bordir yang menjadi kekhasannya. Tapi sebenarnya tak melulu bordir, ia terus menggali kekayaan tradisi Indonesia dan mengangkatnya dalam karya. Sebut saja motif kain cual dari Kepulauan Anambas yang diangkat dalam karya-karyanya tahun 2011 lalu. Tahun ini, Ramli memilih mengangkat motif warna-warni tikar tradisional kepulauan Riau. Meski sudah lama berjuang melawan kanker stadium 4 yang dideritanya, Ramli tetap bersemangat dan berkarya untuk dunia mode Indonesia. (MGH/Foto:Antara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar