Di negeri barunya, Yannus menekuni olahraga basket. Prestasinya cukup bagus, bahkan berhasil masuk tim basket negara bagian New South Wales. Namun tak hanya olahraga yang memanggil Yannus. Iapun belajar tari modern hingga berhasil menjadi penari latar dan koreografer sejumlah penyanyi Australia.
Masuk semakin dalam ke dunia hiburan Australia, bungsu putra Tirto Subiarto dengan Mety Liliana ini melebarkan sayap ke dunia modeling dengan membintangi iklan produk-produk internasional macam Sony Ericsson, Samsung, hingga mobil Peugeot. Makin yakin dengan dunia tari dan modeling yang menjadi passion-nya, Yannus memutuskan hijrah ke Amerika Serikat setelah menamatkan kursus singkat seni peran di National Institute of Dramatic Arts (NIDA) di Sydney. Kala itu ia baru 19 tahun. Tujuannya kota megapolitan New York.
Tanpa teman dan keluarga di Amerika Serikat, Yannus sempat menganggur selama 6 bulan. Untuk meningkatkan kemampuan sebagai penari, ia belajar lagi di Broadway Dance Center. Mentas sekolah tari, ia membuka kursus menari sambil rajin mengikuti berbagai audisi penari latar. Pintu menuju dunia hiburan Amerika mulai terbuka ketika Yannus lolos audisi penari latar Pink. Selanjutnya, Yannus menjadi penari utama Jennifer Lopez. Yannus mundur dari tim JLo karena enggan ikut tur sang biduanita. Alasannya, Yannus memang tidak suka tur dan kurang menyukai musik JLo. Tapi di luar musik, Yannus memuji JLo sebagai buntang yang cerdas dan ramah.
Sementara itu karir Yannus di dunia hiburan Amerika Serikat makin cemerlang. Tak hanya banyak mendapat pekerjaan sebagai model iklan produk-produk berkelas seperti Adidas, D&G, juga Emporio Armani, iapun laris tampil di majalah dan catwalk. Sebagai koreografer, ia juga telah dipercaya menangani koreografi acara-acara Nickelodeon Kids Choice Awards Australia, So You Think You Can Dance Australia dan Malaysia, The X Factor Amerika Serikat, dan The Voice di NBC. Tapi tak hanya itu. Tahun 2011, Yannus membintangi film The Hotel, berperan sebagai penari.
Mimpinya sudah jadi nyata. Reputasi internasional telah digenggamnya, bahkan di beberapa bidang sekaligus. Namun ternyata Yannus selalu menyimpan kerinduan pada negeri kelahirannya. Apalagi meski telah bekerja di beberapa negara, Indonesia tidak pernah masuk daftar singgahnya. Meskipun bukan lagi WNI, Yannus ingin berbagi pengalaman dan inspirasi pada masyarakat Indonesia. Didorong keinginan itulah Yannus mencari cara untuk bekerja di Indonesia. Sayang, terlalu lama tinggal di luar negeri membuatnya tidak punya kontak dengan dunia hiburan Indonesia.
Akhirnya jalan itu terbuka saat Yannus bekerja di Malaysia. Salah satu koleganya memperkenalkan pria kelahiran Yogyakarta 2 januari 1980 ini dengan pihak Freemantle Media Indonesia. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Yannus langsung menawarkan diri sebagai creative director. Dan sejak Februari tahun ini, Yannus bekerja di Indonesia. Lebih dekat dengan Yannus silakan mengunjungi pria kekar ini di yannus.com atau Twitter: @yannusworld.(MGH/Foto: Koleksi Pribadi)
Gak pernah sekolah di singapore
BalasHapus