Kamis, 26 Juni 2014

ISKANDAR WIDJAJA : KEBANJIRAN SURAT CINTA DAN BUNGA


Di usia yang masih kepala 2, kesuksesan internasional sebagai pemain biola telah digenggamnya. Lebih dari musisi, ia telah jadi bintang di panggung musik klasik dunia. Apalagi tak hanya bakat mengagumkan yang dimiliki alumnus UDK Berlin ini namun juga wajah tampan perpaduan darah Arab dan Cina dari kedua orangtuanya. Tak heran Issi memiliki banyak penggemar wanita muda yang membuat konsernya bak panggung musik pop yang riuh dengan tepuk tangan dan jeritan histeris. Belum lagi tumpukan surat cinta dan bunga dari para penggemar wanita yang datang bak air bah, Nyatanya, Issi tidak nyaman dengan semua itu. Ia ingin yang datang ke konsernya benar-benar penikmat musik klasik, bukan para wanita yang tertarik pada ketampanannya. Meski komplet sebagai bintang 'pop', Issi menolak kemasan pop pada penampilannya. Ia memilih tetap tampil sebagai musisi klasik murni yang memainkan komposisi standar musik klasik. 

Di luar semua itu, Issi memang sangat berbakat. Terbukti ia telah  tampil sebagai solis bersama kelompok-kelompok orkestra di gedung-gedung konser musik bergengsi di seluruh dunia. Sebut saja beberapa kelompok orkestra dunia yang pernah mengiringi Issi: Dubrovnik Symphony Orchestra, Klassische Philharmonie Bonn, the Sydney Symphony Orchestra, das Sinfonieorchester Berlin, Filmorchester Babelsberg, dan Berlin Chamber. Telah tampil di berbagai negara mulai Jerman, Norwegia, Kroasia, Swis, Spanyol, Italia, Belgia, Amerika Serikat, hingga Israel. Tidak sembarangan, Issi tampil di gedung-gedung pertunjukan musik bergengsi di 5 benua seperti Fort Reverin, Tel Aviv Opera, Berlin Philharmonic, Guangzhou Opera House, l'Ochestre de la Suisse Romande, Hong Kong City Hall, Konzerthaus Berlin, dan banyak lagi. 

Di Indonesia sendiri, Issi telah 2 kali mengadakan konser di Jakarta (2005 dan 2010) di samping konser amal di Bali yang didedikasikan untuk anak-anak kurang beruntung.

Issi lahir di Berlin 6 Juni 1986 dari ayah keturunan Arab dan ibu keturunan Cina. Kedua orangtuanya berasal dari Indonesia. Tak heran meski tinggal di Jerman sejak lahir, Issi tetap lancar berbahasa Indonesia di samping bahasa Perancis, Inggris, dan Jerman pastinya. Issipun tak melupakan Indonesia dengan memilih model Indonesia dan Gunung Bromo (Jawa Timur) sebagai lokasi syuting klip single terbarunya 'Burn' yang dirilis akhir tahun lalu.

Issi mulai belajar bermain biola sejak usia 4 tahun hingga berlanjut ke sekolah musik terkemuka Jerman UDK selama  5 tahun. Namanya mulai melambung sebagai musisi klasik setelah menjuarai berbagai kontes musik klasik di Jerman hingga sering diminta tampil sebagai solis pada konser-konser musik klasik di Jerman hingga akhirnya ke seluruh dunia.

Di luar urusan musik, Issi suka bermain dengan anjingnya, Schnappi. Ingin mendengarkan musik atau menyaksikan penampilan Issi, silakan cek di iskandarwidjaja,com, kkmanagement.at, dan in-cantare.com. 

Penghargaan:
- Medali emas International Hindemith Violin Competition.
- The First Federal Prize, Jugend Musiziert (berkali-kali).
- Best Bach, Concorso Violinistico Internazionale Andrea Postacchini. 
- Best Beethoven Sonata, Concorso Violinistico Internazionale Andrea Postacchini.
- Julius Junior kategori Young Talent dari Walikota Berlin. 
- Beasiswa dari Deutsche Stiftung Musikleben.  
(MGH/Foto: Koleksi Pribadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar