Julukan 'Superwoman' memang pantas disematkan pada olahragawati satu ini. Bukan hanya karena ia biasa 'terbang', namun karena ketangguhannya menghadapi segala rintangan dan tantangan untuk mencapai juara. Dikenal sebagai juara dunia paralayang 2 tahun berturut-turut (2012 dan 2013) tak ada yang menyangka Lis dulunya fobia ketinggian. Dorongan sang ayah yang penggemar olahraga dirgantaralah hingga Lis menekuni paralayang dengan memerangi fobianya, awalnya karena terpaksa.
Sukses memerangi ketakutan pada ketinggian, Lis masih harus berjuang keras untuk menjadi yang terbaik. Latihan keras dilakoni setiap hari tanpa libur, 7 hari seminggu mulai pukul 10 pagi hingga menjelang Maghrib di Gunung Mas, Puncak (Jawa Barat). Dalam sehari ia 10-12 kali terbang untuk melatih ketepatan mendarat, yang artinya 10-12 kali pula ia mendaki bukit tempat berlatih dengan menggendong ransel seberat 25 kg. Setiap kali akan terbang ia membuka parasut, terbang menuju titik yang telah ditentukan, melipat parasut dan menyimpannya lagi di dalam ransel, naik angkot ke kaki bukit tempat berlatih, mendaki hingga puncak, membuka parasut lagi, .....begitulah berulang kali setiap kali terbang. Demi totalitas pula Lis memutuskan tak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi setamat SMA.
Tak kalah berat, pengorbanannya sebagai orangtua tunggal yang harus berpisah dengan ketiga buah hatinya: Erika Yolanda Putri, Adinda Puspita Kusmadani, dan Nazwa Quinsa Syabila untuk berlatih di Jawa Barat. Hanya telefon yang menjadi pengobat rindu wanita cantik bertubuh ramping ini dengan ketiga putrinya di Kutai Barat.
Dari seua pengorbanan dan kerja keras itu, Lis tak hanya mengharumkan nama bangsa Indonesia di tingkat internasional namun juga menghidupi ketiga putrinya. Sebagian bonus ditabung untuk asuransi pendidikan putri-putrinya, sebagian lagi diinvestasikan untuk membeli ekskavator yang kini disewakan di Kutai Barat dengan bantuan sang ayah.
Lis Andriana, ke-4 dari 7 bersaudara putri Achdaniar dan Rita Andriani yang lahir di Kutai Barat (Kalimantan Timur) pada 1 April 1983. Sudah tomboi sejak kecil, Lis justru sering menjuarai lomba lari semasa sekolah. Namun terbukti, lewat paralayanglah ia mengukir prestasi dunia. Kini ia berharap, akan banyak pihak yang mau menjadi sponsor olahraga paralayang di Indonesia, apalagi cabang ini telah banyak menyumbang prestasi internasional.
Prestasi:
- Medali emas nomor lintas alam Asian Beach Games Bali 2008
- Medali emas nomor ketepatan mendarat Asian Beach Games Bali 2008
- Medali perunggu nomor ketepatan mendarat Kejuaraan Dunia Paralayang 2011
- Medali emas nomor ketepatan mendarat beregu putri SEA Games Palembang 2011
- Medali perak nomor ketepatan mendarat perorangan putri SEA Games Palembang 2011
- Medali emas nomor lintas alam terbuka perorangan putri SEA Games Palembang 2011
- Medali emas nomor lintas alam terbuka beregu putri SEA Games Palembang 2011
- Medali emas nomor lintas alam terbatas beregu putri SEA Games Palembang 2011
- Medali perak nomor lintas alam terbatas perorangan putri SEA Games Palembang 2011
- Medali emas nomor ketepatan mendarat beregu Kejuaraan paralayang Asia Taiwan 2012
- Juara dunia paralayang nomor ketepatan mendarat (PGAWC) Austria 2012
- Juara dunia paralayang nomor ketepatan mendarat (PGAWC) Malaysia 2013
(MGH/Foto: Koleksi pribadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar