Inilah wakil Indonesia yang akan membawa obor di perhelatan olahraga terbesar sejagad: Olimpiade, Juni mendatang di London. Ia terpilih sebagai salah satu dari 20 atlet inspirator dari 20 negara. Fani, demikian dara kelahiran Surabaya, 5 November 1991 ini diakrabi, memang luar biasa. Sebagai atlet renang penderita tunagrahita, prestasinya di tingkat internasional sangat membanggakan. Ialah peraih medali emas renang nomor 50 meter gaya dada pada Special Olympics World Summer Games XIII di Athena (2011), setelah sebelumnya juga membawa pulang 2 medaali emas dari ajang Singapore International Swimming Championship untk nomor 50 meter gaya bebas dan 100 meter gaya dada (2009).
Tak hanya jago berenang, Fani juga mahir bermain piano. Sehari-hari, sulung dari 3 bersaudara putri pasangan Santoso Handojo dan Maria Yustina Tjandrasari ini mengaku tidak suka menonton sinetron, tapi senang sekali menonton film kartun.
Prestasi Fani tak lepas dari bimbingan kedua orang tuanya. Merekalah yang memperkenalkan Fani pada kolam renang saat sang putri masih berumur 2 tahun. Ini dilakukan karena berenang sangat bagus untuk merangsang saraf motorik anak tunagrahita. Umur 8 tahun, setelah mengikuti keluarganya pindah ke Jakarta, Fani mulai belajar memainkan piano. Meski tak sedikit yang mencibir, mengolok-olok, bahkan menyebut keluarga Handojo terkena kutukan karena putri pertama mereka menderitaorang tunagrahita, keluarga ini tak peduli. Santoso dan Yustina tetap mendidik putra-putrinya termasuk Fani agar selalu sopan, mengerti tata krama, siap bermasyarakat, dan mandiri.
Sekarang, Fani duduk di kelas 3 jurusan perhotelan SMIP Kasih Ananda. Selanjutnya, kedua orang tuanya berencana memasukkan Fani ke Akademi Kasih Ananda. Bahkan Santoso juga telah membuka usaha laundry dan dry cleaning di kompleks Gading Bukit Indah, Kelapa Gading, Jakarta Utara, untuk bekal hidup Fani di kemudian hari. Bila sedang tidak berkompetisi, Fani tinggal di Pengangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara bersama keluarganya. (Foto:MGH/www.lampungwatch.com)
Tak hanya jago berenang, Fani juga mahir bermain piano. Sehari-hari, sulung dari 3 bersaudara putri pasangan Santoso Handojo dan Maria Yustina Tjandrasari ini mengaku tidak suka menonton sinetron, tapi senang sekali menonton film kartun.
Prestasi Fani tak lepas dari bimbingan kedua orang tuanya. Merekalah yang memperkenalkan Fani pada kolam renang saat sang putri masih berumur 2 tahun. Ini dilakukan karena berenang sangat bagus untuk merangsang saraf motorik anak tunagrahita. Umur 8 tahun, setelah mengikuti keluarganya pindah ke Jakarta, Fani mulai belajar memainkan piano. Meski tak sedikit yang mencibir, mengolok-olok, bahkan menyebut keluarga Handojo terkena kutukan karena putri pertama mereka menderitaorang tunagrahita, keluarga ini tak peduli. Santoso dan Yustina tetap mendidik putra-putrinya termasuk Fani agar selalu sopan, mengerti tata krama, siap bermasyarakat, dan mandiri.
Sekarang, Fani duduk di kelas 3 jurusan perhotelan SMIP Kasih Ananda. Selanjutnya, kedua orang tuanya berencana memasukkan Fani ke Akademi Kasih Ananda. Bahkan Santoso juga telah membuka usaha laundry dan dry cleaning di kompleks Gading Bukit Indah, Kelapa Gading, Jakarta Utara, untuk bekal hidup Fani di kemudian hari. Bila sedang tidak berkompetisi, Fani tinggal di Pengangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara bersama keluarganya. (Foto:MGH/www.lampungwatch.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar