Salah satu pejuang lapangan hijau yang mengharumkan nama bangsa di kompetisi dunia sepakbola kelompok umur 12-14 tahun Intesa Sanpaolo Cup 2011 di Milan, Italia, adalah Saputra, seorang loper koran dari Palembang. Bahkan, hingga sekarang, setelah sukses mempertahankan gelar juara dunia bersama Indonesian All Star Team (IAST).
Lahir di Palembang, 6 November 1997, Saputra harus bekerja sejak masih duduk di kelas 3 SD untuk membantu ibunya yang bekerja sebagai buruh cuci. Setiap hari sebelum berangkat ke sekolah, siswa kelas 3 SMP ini berkeliling mengantarkan koran pada para pelanggan. Salah satu tempatnya berjualan adalah mess pemain Sriwijaya FC. Tak heran, Saputra cukup dekat dengan para pemain klub tersebut, seperti Firman Utina, Arif Suyono, dan Supardi Nasir yang merupakan para langganannya. Bahkan, Supardilah yang pertama ditelefon Saputra saat ia lolos seleksi Indonesian All Star Team 2011.
Menggemari sepakbola sejak balita, Saputra mulai serius menekuni olahraga ini saat usinya baru 5 tahun. Ia bahkan sempat berlatih di SSB Sportivitas di kotanya. Sayang harus terhenti karena ketiadaan biaya. Tak putus asa, ia berlatih sendiri dengan teman-teman sebaya. Bakat dan semangatnya berbuah manis. 3 tahun lalu Saputra mendapat beasiswa dari PT Pusri. Sejak itulah Saputra berlatih di sekolah sepakbola milik perusahaan negara itu, seminggu 3 kali.
Saat mengikuti seleksi Indonesia All Star Team, Saputra hanya berbekal uang Rp 2000 untuk membeli sarapan. Kini, setelah sukses mempertahankan gelar juara dunia, tidak banyak yang berubah pada Saputra selain lebih banyak orang yang mengenalnya. Sehari-hari pemain penyerang ini masih bekerja sebagai loper koran, bersekolah dan berlatih sepakbola di PT Pusri. Iapun masih tinggal bersama keluarganya di Jl Bendungan Lrg. Rawa Laut RT 03 RW 01 No.180/199, Palembang. (MGH/Foto:www.bluefame.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar