Sabtu, 19 Mei 2012

JAUH DI MATA, DEKAT DI LIDAH


Kemarin kita telah mengunjungi restoran masakan Indonesia di Soho, London, Nusa Dua Restaurant yang menawarkan cita rasa otentik masakan Indonesia. Hari ini kita lanjutkan perjalanan menengok beberapa restoran Indonesia di mancanegara. Memang tidak semuanya, hanya beberapa diantaranya yang sempat kita kunjungi dalam muhibah kuliner online kali ini.

Persinggahan pertama, Waroeng Surabaya di 1754 S Hicks Street, Philadelphia, Amerika Serikat. Restoran milik Hardena Joyo (dari namanya sudah kelihatan Beliau orang Indonesia) menyajikan berbagai masakan Indonesia seperti gulai ikan, soto, tempe, sate ayam, nasi rames, gudeg, sambal, dan tentunya masakan khas Surabaya, rawon. Bahkan penggemar petai dan jengkolpun kadang bisa melepas rindu di sini bila stock sedang ada. Maklum, tak mudah menghadirkan sang petai dan jengkol ke negeri Barack Obama ini. Pelanggan tetap restoran ini tak hanya orang Indonesia namun juga warga Amerika dari berbagai etnis, baik hispanik, kulit putih, maupun kulit hitam. 

"Banyak pelanggan yang menyantap makanan Indonesia untuk pertama kali di warung ini. Mereka hampir pasti akan kembali lagi," jelas Hardena. 

Loncat ke benua Eropa, ada Cafe Yogya di Oktober 6. utca 19, Budapest, Hongaria. Pemiliknya 2 orang berbeda bangsa, Didik Agus Prastowo yang asli Yogya dan Adam Bodor  (sumpah, bukan pelawak meskipun selalu bodor - lucu dalam bahasa Sunda) yang warga Belgia. Di sini pengunjung bisa menikmati sop buntut, rendang ayam, gulai sapi, sate ayam, gado-gado, opor ayam, oseng tahu buncis, ikan acar kuning, hingga kopi luwak yang terkenal kelezatan dan harganya yang aduhai. Secara singkat, kafe ini juga memberikan informasi tentang Indonesia di web mereka dalam bahasa Hongaria dan Inggris. Sementara daftar menu ditulis dalam bahasa Hongaria, Inggris, dan Indonesia.

Masih belum puas? Mari mengunjungi Borobudur di Vico Canneto il Lungo 8r, Genova, Italia. Di sini hampir semua pelanggannya adalah warga asli Italia. Mereka menikmati aneka hidangan pembuka seperti lemper, lumpia, martabak telor, pisang goreng, dan otak-otak ikan. Sementara nasi goreng, nasi tumpeng, dan sate ayam memperkuat squad  menu utama. Eksterior dan interior restoran didesain elegan dengan suasana khas tradisional Jawa, lengkap dengan hiasan wayang golek. Namun penyajian makanan ditampilkan secara fine dining.

Menutup perjalanan, kali ini kita singgah ke Suriname, negara yang memiliki cukup banyak warga berdarah Jawa dan rata-rata masih fasih berbahasa Jawa. Sangat mudah mendapatkan masakan Indonesia di sini. Sebut saja diantaranya Warung Tuti di kawasan Tamanredjo, Paramaribo. Ada pitjel (pecel), sate pitik (pitik = ayam dalam bahasa Jawa), nasi goreng, saoto (soto), hingga dawet. Markati, sang pemilik menjelaskan, tak hanya warga keturunan Jawa yang setia datang, warga kulit hitampun menggemari kuliner Indonesia, terutama pitjel. Bisa juga mampir ke Warung Sidodadie yang menulis beberapa menu di bagian depan: bami, nasi, teloh, tahu lontong, goele, sate, etc. (MGH/Foto:Italianodoc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar