Meski mengantongi paspor Inggris, Neil Franklin tidak asing dengan Indonesia. Maklum, orang tuanya membuka pabrik semen di Aceh. Jadi, sejak SMA Neil telah sering berkunjung ke Indonesia, terutama Sumatera. Setelah menamatkan pendidikannya di bidang biologi dari Universitas Oxford, Inggris (1992), Neil memilih bidang Manajemen Konservasi untuk meraih gelar PhD dari Universitas York, Inggris. Kecintaannya pada Indonesia dan ketertarikannya pada mendorong Neil meneliti harimau Sumatera untuk desertasi PhD-nya.
Pria yang lahir di Inggris pada November 1969 ini telah dikaruniai 3 anak dari pernikahannya dengan Ida Kartikasari, seorang wanita Indonesia. Neil kini aktif mengadakan kegiatan penelitian dan pelestarian satwa langka di Indonesia. Ia antara lain, pernah terlibat dalam Ekspedisi Badak Sumatera (1993) dan survey harimau Sumatera yang memakan waktu 7 tahun! Tidak sendirian, Neil telah bekerjasama dengan berbagai organisasi pelestari lingkungan dan Departemen Kehutanan. Hingga sekarang, doktor harimau Sumatera (demikian ia sering disebut) ini aktif dalam berbagai program anti perdagangan satwa liar, patroli dan pengamanan satwa langka, sambil menekuni profesinya sebagai konsultan independen.
Satu pengalaman yang tak bisa dilupakannya, saat ia dikejar sekelompok pemburu liar ketika mengadakan survey di tengah hutan Sumatera. Tentang mitos bahwa bagian-bagian tubuh harimau berguna bagi kesehatan, Neil membantah keras. Mitos itu sekedar isyu yang disebarkan para pedagang untuk mendongkrak harga dan penjualan bagian-bagian tubuh harimau hasil perburuan liar.
Lebih banyak tentang harimau Sumatera atau konservasi lingkungan, bisa kontak Neil di alamat: neil.franklin@daemeter.org (MGH/Foto:www.daemeter.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar