Minggu, 20 Mei 2012

KAMI CINTA MAKANAN INDONESIA


Masih tentang kuliner Indonesia, kali ini kita membahas beberapa fakta menarik yang berhubungan dengan masakan Indonesia. Kita mulai dari Suriname. Meski jumlah keturunan Indonesia di sana tidak terlalu besar, hanya sekitar 15 %, namun pengaruh mereka cukup besar di negeri bekas jajahan Belanda itu. Tak hanya banyak diantara mereka yang menempati posisi elit di masyarakat dan pemerintahan, namun merekapun sukses memasyarakatkan masakan Indonesia. Bahkan, beberapa makanan Indonesia telah menjadi masakan nasional Suriname. Meski dengan nama yang sedikit berbeda dengan di Indonesia, namun resep dan tampilan makanan tetap sama. 

"Saoto (soto), pitjel (pecel), dan bami (bakmie) goreng sekarang bukan lagi menjadi masakan Jawa saja, tapi sudah menjadi masakan nasional Suriname," kata Stanley Sidoel, Direktur Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Suriname, yang moyangnya berasal dari Gunung Kidul, Jawa Tengah.

Di Timur Tengahpun makanan Indonesia mampu mencuri hati. Seorang pastry chef , Rury Koswara menceritakan pengalamannya bekerja di restoran Saffron di hotel Atlantis, sebuah hotel berkamar 1.560 di Dubai, UEA. "Masakan Indonesia sangat digemari. Saya rutin membuat dadar gulung, pisang goreng, hingga putri salju, dan selalu ludes tak bersisa!" katanya.

Cerita serupa dituturkan Chef Tatang dan Chef Muchtar Alamsyah. Ketika bekerja di Park Royal Hotel, Penang, Malaysia, masakan Indonesia soto ayam, soto Madura, soto Kudus, rawon, buntil,urap singkong, trancam, sambal balado, dan terutama rendang sangat disukai para tamu.

"Kata mereka, ada sensasi rasa baru ketika mencicipi makanan khas Indonesia," Chef Tatang menuturkan kesan para tamu.

Tak mau kalah, Chef Edwin Handoyo Lauwy menjelaskan, para konsumen asing menyukai masakan Indonesia karena kaya cerita sejarah, otentik tradisional, dan dinilai sebagai makanan eksotis. 

"Mereka bilang, lidah seolah berdansa ketika mengecap kekayaan bumbu rempah Indonesia," jelas Chef lulusan Culinary Institute, Amerika Serikat itu. 

Pengalaman menarik juga dituturkan Yanto Ongkocusanto, pengusaha muda Surabaya, yang pernah tinggal hampir 10 tahun di negeri Kanguru. Saat bekerja di salah satu restoran di Melbourne, Australia, ia langsung dipromosikan setelah sang bos mencicipi nasi goreng masakannya. "Padahal waktu itu saya cuma iseng saja memasak untuk dimakan sendiri,"kenangnya sambil tersenyum.

Bahkan, sang bos menawarkan agar nasi goreng buatan Yanto dimasukkan ke dalam daftar menu. Sebagai imbalan, Yanto mendapat bagian beberapa persen dari harga jual untuk tiap porsi yang terjual. Lebih dari itu, ia dipromosikan. Namun Yanto menolak.

"Saya masih kuliah waktu itu. Kalau nasi goreng buatan saya dijadikan menu tetap artinya saya harus terus bekerja di restoran. Bisa keteteran kuliah saya," tutur alumnus Swinburne University of Technology, Melbourne.

Okky Amalia yang kuliah di Ghent University, Belgia juga punya pengalaman seru. Saat mengikuti acara pameran kebudayaan internasional 2 tahun lalu, Okky dan teman-temannya sesama mahasiswa asal Indonesia menjual bala-bala buatan mereka sendiri. Hasilnya, 500 potong bala-bala yang dijual 1 euro/3 potong laris manis tak bersisa. Bahkan antrian pembeli sampai mengular panjang. 

Tak jauh-jauh ke luar negeri, di dalam negeripun makin banyak tempat makan mewah yang menyajikan masakan Indonesia dan digemari kalangan atas, termasuk para ekspatriat. Sebut saja Hotel Borobudur di Jakarta yang sangat terkenal dengan kelezatan sop buntutnya yang legendaris. Tak kurang, mantan Perdana Menteri sekaligus pengusaha Muangthai Thaksin Shinawatra termasuk pelanggan tetapnya. Thaksin tak pernah absen menikmati sop buntut Hotel Borobudur setiap kali berkunjung ke Indonesia. Padahal resep sop buntut ini sejatinya dibeli Hotel Borobudur dari satu warung tenda di seputaran Lapangan Banteng. Kini, pihak hotel menghabiskan 12 ton ekor sapi tiap bulannya untuk bahan menu ini. Bahkan tak jarang para tamu asing menikmati sop buntut dengan pasangan minuman sparkling wine.

Tak kalah populer di kalangan atas, Restoran Harum Manis yang juga mengandalkan masakan Indonesia. Meski menyajikan masakan Indonesia di Indonesia, restoran yang juga terletak di Jakarta ini justru dikunjungi banyak ekspatriat. Persentase pelanggan asing mencapai 80% dari keseluruhan pelanggan restoran. Mayoritas para ekspatriat yang berkunjung berasal dari Jepang. Nasi goreng, mi goreng, sate, udang bakar, dendeng, dan gado-gado  merupakan makanan favorit mereka. (MGH/Foto:Warung Pojok)

1 komentar:

  1. makasih atas infonya sangat membantu, dan jangan lupa kunjungi website kami http://bit.ly/2EwnIBm

    BalasHapus