Eduard Muljadi PhD demikian nama lengkapnya, lahir di Surabaya pada tahun 1957. Sejak tahun 1992 tercatat sebagai peneliti sistem rekayasa kelistrikan di National Renewable Energy Laboratory (NREL) di Colorado, Amerika Serikat. Inilah badan penelitian nasional Amerika di bidang tenaga terbarukan. Reputasinya sebagai ilmuwan juga dibuktikan dengan memegang 2 paten di Negeri Paman Sam: US Patent No 5.605.351 (1998) tentang cara mengontrol panel sel surya agar dapat menghasilkan tenaga listrik maksimal dalam kondisi apapun, dan US Pantent No 5.798.632 (1998) tentang kontrol putaran kincir angin untuk memaksimalkan efisiensinya sehingga alat konversi tenaga angin menjadi lebih murah daripada konsep tradisional.
Lulus S1 rekayasa elektro Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) pada tahun 1981, Pak Ed langsung mendalami bidang yang sama di Amerika Serikat. Memilih University of Wisconsin hingga lulus S3. Sebelum berkarir di NREL, ia bekerja sebagai asisten profesor rekayasa kelistrikan di California State University, Fresno (1988-1992).
Menikah dengan Lili, teman kuliah sekaligus putri dosennya semasa di ITS yang kini mengajar di University of Denver. Pasangan ini dikaruniai 2 putra: Anthony Mahardhika Muljadi putra pertamanya, telah lulus MBA dari Harvard Business School bulan ini. Sedangkan putra kedua, Patrick Mahardhika Muljadi masih belajar teknik mesin di University of Colorado, Boulder. Meski telah lama tinggal (dan kedua putra mereka lahir di Amerika), keluarga ini selalu berbahasa Indonesia di rumah. Selera makanan Pak Ed juga tetap seperti dulu: soto kikil, sate ayam, soto Madura, rujak cingur, kupang lontong, nasi pecel, dan es kopyor. Ia juga menggemari buah srikaya, salak, dan siwalan.
Kesuksesan Pak Ed sekarang tak lepas dari peran kedua orang tuanya, alm Pak Harijanto, veteran oerang kemerdekaan yang juga pengusaha percetakan, dan Ibu Hartatik yang mantan sukarelawati Trikora dan anggota DPRD Sumenep, selalu menekankan pentingnya pendidikan. Apalagi ia dibesarkan di Sumenep,Madura yang alamnya lebih keras. Tanah di saan yang berkapur menuntut warga setempat bekerja lebih keras. Etos ini ditanamkan pula oleh orangtuanya pada Ed kecil.
"Orangtua saya selalu mengingatkan, orang Madura harus bekerja keras dan tidak gampang menyerah. Dalam kesulitan apapun saya menimba budaya yang tertanam dalam benak saya sejak kecil itu,"tuturnya. Kualitasnya makin terbentuk saat kuliah di ITS. "Di ITS, mahasiswa diajar riset dan belajar sendiri tanpa banyak bimbingan. Bekal inilah yang membuat saya percaya diri dan lebih ulet dalam riset," lanjutnya.
Anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional ini selalu mengenang masa kecilnya di Sumenep yang baginya sangat indah. Selain banyak keluarga dan teman yang saling mengunjungi, semua orang di sana juga saling kenal. Iapun selalu mengenang arak-arakan 17 Agustus. Meski pekerjaannya sekarang sangat memungkinkan Pak Ed berdomisili di mana saja selama ada koneksi internet, namun ia masih menunggu di mana kedua putranya tinggal. Pasalnya, Pak Ed ingin tinggal di dekat cucunya agar bisa mengasuh mereka apabila kelak kedua putranya telah berkeluarga dan dikaruniai putra. Toh, Pak Ed masih sering berkunjung ke Indonesia, melepas kangen pada handai taulan, termasuk sang ibu yang kini tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur.
Pak Ed bisa dikontak lewat email: eduard_muljadi@nrel.gov atau telefon 303-384-6904. Pak Ed juga mempersilakan siapapun yang ingin memanfaatkan penelitiannya untuk mengunduh secara cuma-cuma di www.nrel.gov/publications (MGH/Foto:www.nrel.gov)
Kesuksesan Pak Ed sekarang tak lepas dari peran kedua orang tuanya, alm Pak Harijanto, veteran oerang kemerdekaan yang juga pengusaha percetakan, dan Ibu Hartatik yang mantan sukarelawati Trikora dan anggota DPRD Sumenep, selalu menekankan pentingnya pendidikan. Apalagi ia dibesarkan di Sumenep,Madura yang alamnya lebih keras. Tanah di saan yang berkapur menuntut warga setempat bekerja lebih keras. Etos ini ditanamkan pula oleh orangtuanya pada Ed kecil.
"Orangtua saya selalu mengingatkan, orang Madura harus bekerja keras dan tidak gampang menyerah. Dalam kesulitan apapun saya menimba budaya yang tertanam dalam benak saya sejak kecil itu,"tuturnya. Kualitasnya makin terbentuk saat kuliah di ITS. "Di ITS, mahasiswa diajar riset dan belajar sendiri tanpa banyak bimbingan. Bekal inilah yang membuat saya percaya diri dan lebih ulet dalam riset," lanjutnya.
Anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional ini selalu mengenang masa kecilnya di Sumenep yang baginya sangat indah. Selain banyak keluarga dan teman yang saling mengunjungi, semua orang di sana juga saling kenal. Iapun selalu mengenang arak-arakan 17 Agustus. Meski pekerjaannya sekarang sangat memungkinkan Pak Ed berdomisili di mana saja selama ada koneksi internet, namun ia masih menunggu di mana kedua putranya tinggal. Pasalnya, Pak Ed ingin tinggal di dekat cucunya agar bisa mengasuh mereka apabila kelak kedua putranya telah berkeluarga dan dikaruniai putra. Toh, Pak Ed masih sering berkunjung ke Indonesia, melepas kangen pada handai taulan, termasuk sang ibu yang kini tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur.
Pak Ed bisa dikontak lewat email: eduard_muljadi@nrel.gov atau telefon 303-384-6904. Pak Ed juga mempersilakan siapapun yang ingin memanfaatkan penelitiannya untuk mengunduh secara cuma-cuma di www.nrel.gov/publications (MGH/Foto:www.nrel.gov)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar