Vladimir Bashkirov dan prasasti untuk mengenang Beliau
(Russian Climb)
Kembali di Kathmandu, Bashkirov dan Vinogradski membuat daftar untuk Kolonel Edi yang memuat nama 16 orang peserta pelatihan yang berhasil berikut kecepatan, kemampuan aklimatisasi, kesehatan dan motivasi mereka. Pendaki dari Kopassus, walaupun mereka tidak berpengalaman, tapi sangat berambisi dan disiplin serta lebih termotivasi dalam situasi sulit. Dalam penyaringan terakhir tinggal 10 Kopasus dan 6 sipil. Kami mengusulkan satu rute pendakian saja, yaitu lewat jalur selatan, namun ditolak. Indonesia telah mendapatkan Richard Pavlowski untuk memimpin satu tim Indonesia lagi yang akan mendaki dari sisi utara.
Dan akhirnya kami memutuskan 10 orang pendaki ke basecamp di sisi selatan, dan 6 orang pendaki bersama Richard akan pergi ke Tibet. Setelah Island Peak, kami beristirahat selama 26 hari. Kami harus menjadi tim pertama di musim ini yang mendaki dan melalui jeram es Khumbu.
Helikopter Rusia membawa kami pada tanggal 12 Maret dari kota Kathmandu yang terpolusi parah ke Lukla (2850 m). 10 pendaki, 3 pelatih Rusia dan 16 sherpa ikut didalam helikopter. Kami ingin ke basecamp dan terus ke puncak Everest. Satu cita-cita yang sangat ambisius. Lukla adalah salah satu daerah yang membuat saya selalu merasa bebas dan merdeka.
Saya mencintai gunung. Di sinilah rumah saya. Orang hanya bisa mengerti perasaan saya, kalau sudah pernah terbang di pagi hari dengan helikopter di atas pegunungan ini, dan turun di sana, di sebuah tempat yang sunyi dan damai di tengah pegunungan yang tak ada duanya di dunia. Pegunungan yang puncak-puncaknya sangat megah menantang dengan punggungan berbentuk tulang tengkorak tajam berselimut udara yang bersih bagai kristal.
Dari "kemuliaan dan keluhuran" ini, saya merasakan betapa rapuh dan kecilnya diri saya dibandingkan dengan apa yang saya alami disini".
Seperti yang selalu saya rasakan, saya akhirnya menginjak tanah tempat untuk apa saya dilahirkan. Tahun ini ada 17 tim ekspedisi lain di basecamp. Saya berusaha memisahkan tim kami dari tim-tim lainnya, untuk menghindari hal-hal yang tidak saya inginkan. Setelah itu kami berdiskusi tentang sherpa mana saja yang akan memasang tali tetap dan tangga untuk melintasi Breaking Ice (Eisbruch) yang pada akhirnya nanti juga akan digunakan oleh tim-tim lain. Biasanya pekerjaan ini akan dilakukan oleh sherpa dari satu ekspedisi atau bersama-sama dari beberapa ekspedisi.
Banyak tim yang akan melaluinya, sehingga timbul pemikiran untuk mengutip semacam royalti dari tim-tim yang sherpanya tak ikut memasang tali tetap. Di tahun ini pula telah terbentuk perkumpulan "Pangboche Sherpa Cooperative" yang memperjuangkan sistem pembayaran royalti tali tetap itu, dengan jumlah yang lumayan besar bagi mereka antara 10 sampai 20 ribu dollar. Sherpa dari tim Henry Todd dan Mal Duff mampu mengerjakan tali pengamanan dan tangga dengan cepat, merekalah yang nantinya akan kami gunakan.
Mulai dari sekarang, seluruh rute ke puncak sudah diamankan. Dan seluruh ekspedisi akan menggunakan rute ini dengan membayar ke perkumpulan "Pangboche CooperativSherpa Cooperative". Akan datang suatu waktu dimana orang Nepal 100% berkuasa memasarkan gunung ini, seperti orang Amerika dengan McKinley. Tentu saja akan datang protes dari pihak-pihak tertentu yang sekarang hanya mau membayar sherpa yang dengan sangat murah dan dibawah tarif.
Tim kami sampai di basecamp tanggal 19 Maret. Pelatihan telah membuat kami tak perlu lagi beraklimatisasi di ketinggian ini. Di depan kami terbentang Breaking Ice (Eisbruch). Aspek psikologi sangat penting dalam pendakian Everest, karena balok-balok es di Breaking Ice yang seperti raksasa, menjulang tinggi dengan jurang gletser yang menganga pecah berantakan tak beraturan dengan bentuk dan posisi selalu berubah setiap saat karena gerakan dari gletser.
Keberanian kami pun akan di uji, setiap langkah membutuhkan perhitungan, jika tidak mau terperosok masuk jurang es menuju Nirwana. Berjam-jam kami memanjat dan melintasi jurang es yang kedalamannya tak diketahui dengan menggunakan tangga yang di ikat-ikat dan disambung-sambung, terus mendaki melalui balok es bergerak setinggi rumah bertingkat.
Tanggal 22 Maret kami mendaki dengan seluruh anggota tim ke Camp 1 untuk aklimatisasi. Semua anggota menunjukan kondisi menggembirakan, hanya sedikit terlihat ketidakbiasaan, tapi dalam pendakian kedua kalinya mereka telah menunjukkan rutinitas dan kian lincah. Setelah selesai, datang berikutnya, naik lagi, istirahat, beraklimatisasi.
Setelah 2 hari istirahat di basecamp, pada tanggal 26 Maret kami naik lagi ke Camp 1 (6000 m) dan bermalam disana, dan pada tanggal 27 Maret langsung naik ke Camp 2 (6500 m). Disitu kami bermalam 2 malam dan mendaki sampai ketinggian 6800 m. Pada tanggal 29 Maret kami turun lagi ke basecamp untuk istirahat selama 3 hari. Semua anggota tim dan staf sehat wal'afiat.
Aklimatisasi kami yang ke 3, dimulai tanggal 1 April. Kami mendaki langsung dalam waktu 8 jam ke Camp 2, dan bermalam disana selama2 malam. Tanggal 4 April kami mendaki sampai ke ketinggian 7000 m, dan kembali lagi ke Camp 2 dimana kami beristirahat keesokan harinya.
Tanggal 6 April kami menerjang langsung sampai ke Camp 3 (7300 m). Sebelumnya sherpa kami telah memasang tali pengaman menuju ke Camp 3.
Tanggal 7 April kami beristirahat di Camp 3.
Belakangan terasa ada problem dalam struktur organisasi kami. Sherpa tidak berada dibawah komando saya. Tugas mereka hanya menolong di pekerjaan tertentu seperti memasang tali, membangun camp dan transport logistik. Pekerjaan yang harus dikerjakan sebenarnya banyak, karena kami yang pertama di rute ini, tanpa ada pertolongan dari sherpa lantaran secara struktural mereka harus tinggal di belakang seusai melakukan tugasnya.
Pertolongan sherpa tidak bisa mengimbangi tim pendaki yang selalu bergerak menuju ke tempat yang lebih tinggi. Apa (pemimpin sherpa) juga sedih melihat orang-orangnya yang tidak cukup terampil karena kurang kemampuan dan pengalaman, yang akan berakibat pada tersendatnya pendakian ini....
Lanjut besok ya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar