Tahun 1998 di tengah gejolak politik dalam negeri, Menteri Keuangan RI kala itu, Sugiharto, menghubungi Emirsyah Satar, salah satu putra Indonesia yang menduduki jabatan Assistant of Vice President of Corporate Banking Group Citibank di Hongkong. Emir diminta pulang ke Indonesia untuk menyelamatkan Garuda Indonesia yang terancam kebangkrutan. Sempat menolak, akhirnya Emir tergerak pulang ke Tanah Air. "Saya pikir, sepertinya saya bisa berkontribusi pada Indonesia melalui Garuda," kenang Emir tentang motivasinya saat itu.
Kelanjutannya seperti yang sudah Anda tahu, Emir yang menduduki jabatan Direktur Keuangan Garuda mulai 1998 sukses merestrukturisasi maskapai yang sempat dilarang terbang ke Eropa dan Amerika Serikat. Beban hutang sebesar 1,8 milyar dollar AS pun berhasil dituntaskan. Semua dilakukan Emir hanya dalam waktu kurang dari 3 tahun! Tak heran, majalah Travel Finance yang bermarkas di New York (Amerika Serikat) mentasbihkan restrukturisasi keuangan Garuda sebagai Financial Restructuring of the Year (2001).
Tahun 2005, Emir dipercaya memegang pucuk pimpinan Garuda Indonesia Airlines hingga kini. Tujuh tahun membenahi maskapai kebanggaan bangsa Indonesia, kerja kerasnya kembali membuahkan pengakuan dunia. Larangan terbang ke Eropa dan Amerika Serikat dicabut. Tahun 2012 Garuda meraih penghargaan dari perusahaan periset penerbangan dunia, Skytrax sebagai The World's Best Economy Class. Skytrax juga menempatkan Garuda sebagai maskapai peringkat ke-8 terbaik di dunia dengan 4 bintang (tertinggi 5 bintang). Bahkan berdasarkan survey terhadap ribuan penumpang dari berbagai negara terhadap maskapai sedunia, mayoritas menobatkan Garuda sebagai The Best Regional Airline in Asia dan The World's Best Regional Airline.
Toh Emir tidak membanggakan diri. Baginya, berbagai penghargaan internasional yang telah dicapai Garuda selama ini adalah berkat kerja keras para karyawan. Emir pribadi juga telah mendapat pengakuan internasional dengan penganugerahan Travel Business Leader Award Asia Pacific dari CNBC, televisi bisnis yang bermarkas di Amerika Serikat (2013).
Emirsyah Satar putra Minang kelahiran Jakarta, 28 Juni 1958. Ia adalah alumnus Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Sebagai putra diplomat, Emir terbiasa hidup berpindah-pindah sejak kecil. Karir pertamanya sebagai auditor di perusahaan konsultan bisnis terbesar di dunia Price Waterhouse Cooper.
Sekarang, Emir masih bekerja keras mewujudkan rencana-rencananya. Ia ingin Kelas Bisnis dan Utama Garuda juga meraih penghargaan internasional. Ia pun ingin meningkatkan posisi Garuda yang saat ini ke-8 terbaik di dunia dan memperbaiki reputasi dari maskapai bintang 4 menjadi bintang 5 (kategori tertinggi). Lebih penting, Emir sedang menyusun suatu sistem untuk Garuda yang tetap bisa berjalan baik walaupun kelak ia tak lagi memimpin maskapai itu. (MGH/Foto: Fan Page)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar