Professor Doktor Teuku Jacob atau lebih dikenal dengan Prof. T. Jacob adalah pakar paleoantropologi dan antropologi ragawi bereputasi internasional yang juga disebut Bapak Paleoantropologi Indonesia. Kepakaran Beliau di bidang paleoantropologi tak hanya diakui di Indonesia namun juga terkemuka di dunia internasional. Tidak hanya nama Beliau masuk dalam daftar keanggotaan perkumpulan ilmuwan di beberapa negara, banyak tulisan Beliau telah diterbitkan di luar negeri menjadi referensi para ilmuwan bidang paleoantropologi. Beliau juga pernah menjadi Guru Besar Tamu paleoantropologi manusia di San Diego State College (Amerika Serikat).
Lahir di Peureulak, Aceh Timur, tanggal 6 Desember 1929 sebagai bungsu dari 3 bersaudara putra Teuku Sulaiman. Ketika pecah perang kemerdekaan, Jacob remaja bergabung dengan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Bersama para pelajar patriotis seusianya, Beliau mengangkat senjata di medan perang untuk mempertahankan kemerdekan Indonesia. Setelah lulus SMA di Banda Aceh, Beliau melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM), Yogyakarta. Lanjut lagi ke American University di Washington DC, kemudian menyeberang ke negeri Belanda hingga meraih gelar Ph.D dari Rijk Universiteit, Utrecht.
Pulang ke Tanah Air, Beliau mengajar antropologi ragawi di almamaternya UGM sambil mengadakan banyak penelitian atas fosil manusia dan binatang purba. Meski tak lagi mengangkat senjata seperti di masa remaja, Prof. Jacob tetap berjuang di medan yang baru: pendidikan dan ilmu pengetahuan. Di bidang pendidikan, Beliau sering menawarkan ide-ide orisinal seperti membuka Fakultas Kedokteran untuk lulusan SMA IPS dan Budaya. Pernah menjabat sebagai rektor UGM(1982-1986), jabatan terakhir Beliau adalah professor emeritus.
Di bidang ilmu pengetahuan, Beliau gigih memperjuangkan kedaulatan Indonesia di dunia internasional. Antara lain dengan menggunakan jaringan internasional yang dimiliki untuk mengembalikan fosil kunci pithecanthropus erectus milik Indonesia yang dijual secara ilegal dan menjadi koleksi pribadi di luar negeri. Berkat kegigihan Prof.Jacob, fosil itu bisa dikembalikan ke Indonesia. Ketika merebak kontroversi klaim penemuan fosil manusia kerdil (manusia Flores/hobbit) di Flores oleh sekelompok ilmuwan Australia, Prof. Jacob gigih menentang klaim Australia tersebut. Prof. Jacob memang terkenal teguh dalam memegang prinsip. Beliau juga keukeuh mendorong Pemerintah Indonesia memperjuangkan hak atas Celah Timor yang kaya minyak.
Ilmuwan yang hobi membaca ini menikah dengan ibu Nuraini dan dikaruniai seorang putri, Nina Nurilani. Penghargaan internasional atas Beliau terlihat misalnya ketika Beliau berkunjung ke Jepang tahun 1977. Polisi Jepang sampai mengawal Beliau dengan foraider lengkap dengan lampu merah dan sirene segala. Professor pejuang ini tutup usia di Yogyakarta, 17 Oktober 2007, dan dimakamkan di Makam Keluarga Besar UGM, Sawit Sari, Sleman (Yogyakarta)
Pulang ke Tanah Air, Beliau mengajar antropologi ragawi di almamaternya UGM sambil mengadakan banyak penelitian atas fosil manusia dan binatang purba. Meski tak lagi mengangkat senjata seperti di masa remaja, Prof. Jacob tetap berjuang di medan yang baru: pendidikan dan ilmu pengetahuan. Di bidang pendidikan, Beliau sering menawarkan ide-ide orisinal seperti membuka Fakultas Kedokteran untuk lulusan SMA IPS dan Budaya. Pernah menjabat sebagai rektor UGM(1982-1986), jabatan terakhir Beliau adalah professor emeritus.
Di bidang ilmu pengetahuan, Beliau gigih memperjuangkan kedaulatan Indonesia di dunia internasional. Antara lain dengan menggunakan jaringan internasional yang dimiliki untuk mengembalikan fosil kunci pithecanthropus erectus milik Indonesia yang dijual secara ilegal dan menjadi koleksi pribadi di luar negeri. Berkat kegigihan Prof.Jacob, fosil itu bisa dikembalikan ke Indonesia. Ketika merebak kontroversi klaim penemuan fosil manusia kerdil (manusia Flores/hobbit) di Flores oleh sekelompok ilmuwan Australia, Prof. Jacob gigih menentang klaim Australia tersebut. Prof. Jacob memang terkenal teguh dalam memegang prinsip. Beliau juga keukeuh mendorong Pemerintah Indonesia memperjuangkan hak atas Celah Timor yang kaya minyak.
Ilmuwan yang hobi membaca ini menikah dengan ibu Nuraini dan dikaruniai seorang putri, Nina Nurilani. Penghargaan internasional atas Beliau terlihat misalnya ketika Beliau berkunjung ke Jepang tahun 1977. Polisi Jepang sampai mengawal Beliau dengan foraider lengkap dengan lampu merah dan sirene segala. Professor pejuang ini tutup usia di Yogyakarta, 17 Oktober 2007, dan dimakamkan di Makam Keluarga Besar UGM, Sawit Sari, Sleman (Yogyakarta)
Karya ilmiah yang diterbitkan luar negeri:
- The Sixth Skull of Pithecanthropus Erectus, American Journal of Physical Anthropology, Amerika Serikat (1966)
- Some Problems Pertaining to the Racial History of the Indonesia Region, Neerlandia, Utrecht, Belanda (1967)
- The Pithecanthropus of Indonesia, Bulletins et Memoires de Societe d'Anthropologie de Paris, Perancis (1975)
- Pygmoid Australomelanesian Homo Sapiens Skeletal Remains from Liang Bua, Flores: Population Affinities and Pathological Abnormalities (2005)
Organisasi Ilmuwan Internasional:
- Anggota American Association of Physical Anthropologists
- Anggota Society for the Study of Social Biology
- Anggota American Association for the Advancement of Science
- Anggota Societe d'Anthropologie de Paris
- Anggota Society for Medical Anthropology
(MGH/Foto: Flores Girl)
Organisasi Ilmuwan Internasional:
- Anggota American Association of Physical Anthropologists
- Anggota Society for the Study of Social Biology
- Anggota American Association for the Advancement of Science
- Anggota Societe d'Anthropologie de Paris
- Anggota Society for Medical Anthropology
(MGH/Foto: Flores Girl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar