Minggu, 18 Mei 2014

GERSON POYK : ANUGERAH DARI KERAJAAN MUANGTHAI


Boleh jadi, Beliaulah penulis paling produktif di Indonesia. Bayangkan, hampir tiada hari tanpa menulis sejak tahun 1950-an hingga hari ini. Mulai puisi, esai, cerita pendek, novel, hingga naskah drama. Pak Gerson bahkan bisa menyelesaikan 10 cerpen anak-anak dalam semalam! Untuk itu, beliau tidak pernah tidur sebelum pukul 2.00 dini hari. Bahkan kalau keasyikan menulis, Beliau bisa begadang semalaman dan baru tidur pukul 6.00 pagi! 

Hebatnya, meski tak pernah berhenti menulis selama puluhan tahun, Beliau mampu menjaga kualitas karya-karyanya. Terbukti dengan diperolehnya anugerah SEA Write Award dari Kerajaan Muangthai (1989). Tak heran karena meski sibuk menulis, Beliau selalu berusaha meningkatkan wawasan dengan membaca buku-buku filsafat. Kamar tidurnya yang sempitpun penuh tumpukan buku, khas kamar penulis.

Lebih dari segala anugerah, dari menulis pula Pak Gerson mampu mengentaskan 4 dari 5 anaknya menjadi sarjana. Iapun bisa membeli rumah dan sebidang tanah di Depok (Jawa Barat) yang kini digunakannya untuk berkebun singkong.  

Pak Gerson Poyk lahir di Namodele, Pulau Rote (Nusa Tenggara Timur) pada tanggal 16 Juni 1931. Alumnus SGA Kristen Surabaya ini sempat mendapat beasiswa untuk belajar menulis dalam International Writing Program, University of Iowa (Amerika Serikat).  Menikah dengan Antoneta Saba dan dikaruniai 5 anak: Fanny, Frederik, Martin, Ester, dan Agnes. 

Tak banyak yang tahu, hidup penulis senior berkelas internasional ini lebih dramatis daripada karya-karyanya. Ia meninggalkan pekerjaan pertamanya sebagai guru karena tertarik pada jurnalistik. Pekerjaan berikutnya sebagai wartawan harian Sinar Harapan dengan gaji cukup besar juga ditinggalkannya karena ingin fokus menulis. 

Cobaan terbesar datang kemudian. Putra ketiganya, Martin, menderita skizofrenia sejak remaja hingga tak mampu meneruskan pendidikan dan bekerja. Ialah satu-satunya anak Pak Gerson yang tidak meraih gelar sarjana. Cobaan berat berikutnya terjadi 7 tahun lalu ketika sang istri yang menderita dementia senilis (kehilangan ingatan) tiba-tiba menghilang dari rumah. Meski sudah dicari kesana-kemari, hingga hari ini tiada kabar beritanya. Untuk mengenang masa-masa bahagia bersama sang istri, Pak Gerson memasang foto berdua istrinya semasa muda di cover Facebook Beliau. Apapun yang dialami, Pak Gerson selalu bersyukur dan gembira. Pemeluk agama Kristen ini memang selalu menghadapi apapun dengan humor dan tawa. Bisa jadi itulah resep sehat jasmani-rohani Beliau. 

Di usianya yang hampir 83 tahun,  Pak Gerson masih sehat dan aktif. Ingatan Beliau masih sangat tajam dan bicarapun lugas. Tak hanya menulis, Beliau giat berkebun di tanah miliknya yang berjarak 4 km dari rumah. Hebatnya, jarak itu ditempuhnya dengan mengayuh sepeda pergi-pulang! Bersama 2 anak dan seorang menantunya, Pak Gerson tinggal di Jl. R. Saleh Gg. H. Miun No.21A, Depok (Jawa Barat).(MGH/Foto: Koleksi Pribadi)

1 komentar:

  1. Selamat jalan legenda sastra, karyamu akan abadi bersama kami :)

    BalasHapus