Minggu, 25 Mei 2014

PROF. FACHROEL AZIZ : TAK KHAWATIR JADI TERSANGKA KPK


Sebagai Professor riset bidang paleontologi vertebrata, keahlian Prof. Fachroel Aziz sangat langka di Indonesia dan terkemuka di tingkat internasional. Tak hanya didapuk sebagai dewan penasihat International Association for Study of Human Fossil UNESCO (sejak 1995), Beliau pernah menjadi penasihat ahli untuk National Museum of Science and Nature, Tokyo (1995-2011) dan The Reviving Pithecanthropus Exhibition di National Science Museum, Tokyo (1996). Seharusnya pensiun sejak 2011, masa baktinya berlanjut hingga kini karena belum ada pengganti. Hal ini pula yang mengganggu pikiran Beliau. 

"Semua ilmuwan di dunia pasti akan ke Trinil (Jawa Timur) kalau belajar sejarah evolusi manusia. Selain karena kita memiliki fosil manusia purba terlengkap di dunia, nenek moyang manusia purba tertua pithecanthropus erectus ditemukan di Trinil. Indonesialah yang jadi rujukan ilmu pengetahuan bidang ini. Harusnya kita bisa melahirkan banyak ahli di tingkat dunia,"gundahnya. 

"Sekarang saya 69 tahun. Katakanlah saya berumur panjang hingga 80 tahun, tidak pikun saja sudah untung! Masih ada waktu kira-kira 10 tahun lagi, maksimal. Tentu saja saya bisa mati lebih cepat. Tapi sebelum itu saya ingin ada yang meneruskan kerja ini," sang Professor berharap.

Professor Fachroel Aziz memang telah lama mengabdi untuk ilmu pengetahuan Indonesia dan dunia. Lahir di Siak Sri Indrapura (Riau) tanggal 31 Maret 1946, Beliau alumnus Akademi Geologi dan Pertambangan (AGP-Geologi) Bandung. Mendalami bidang paleontologi vertebrata di universitas Utrecht, Belanda, hingga meraih gelar doktor dari universitas Kyoto, Jepang. Kembali ke Tanah Air, Beliau mengabdikan diri di Museum Geologi, Bandung. Ironisnya, meski  kepakaran Beliau diakui internasional, Prof. Fachroel justru tak mendapat jabatan di negeri sendiri. Tak hanya jabatan, materi yang dihasilkan sebagai ilmuwanpun jauh dari berlebihan. Puluhan tahun mengabdi, ia 'hanya' mampu membeli mobil bekas sederhana. Itupun karena penjualnya salah seorang kawan yang 'salah beli mobil'. Mobil yang sekarang digunakan Prof. Fachroel seharga Rp 150 juta, hanya dibayarnya Rp 50 juta. Yang Rp 100 juta dibayar salah seorang saudara yang kasihan melihat sang Professor kemana-mana naik mobil butut. 

Toh, Beliau bersyukur dan bahagia karena dianugerahi kesehatan jasmani dan rohani. Di usia yang nyaris menapaki kepala 7, Beliau masih bisa makan 10 tusuk sate kambing tanpa mengalami gangguan kesehatan. Pekerjaannya yang menuntut kerja otak membuatnya jauh dari kepikunan. Beliaupun telah menyinggahi 50 negara di seluruh dunia, atas undangan dan biaya negara pengundang. Tak pernah sekalipun perjalanan dinasnya dibiayai pemerintah Indonesia. Masih ada lagi yang disyukurinya: tak pernah khawatir dijadikan tersangka KPK!(MGH/Foto:Reynold Sumayku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar