Tak berlebihan bila Prof Yohanes Surya PhD dinobatkan
sebagai pahlawan sains Indonesia. Berkat perjuangannya, putra-putri Indonesia
berjaya membawa pulang medali dalam setiap penyelenggaraan Olimpiade Fisika Internasional.
Berkat kegigihannya pula Indonesia selalu mengirim putra-putri terbaik ke ajang
kompetisi fisika tingkat dunia itu. Tak hanya berburu siswa-siswi berbakat
hingga ke pelosok Nusantara, Prof Surya juga turun langsung melatih para siswa
terpilih, mendampingi selama Olimpiade, hingga mencari donatur. Bahkan di awal
keikutsertaan Indonesia di Olimpiade Fisika, dana diambil dari uang pribadi
Prof Surya, ditambah sumbangan orang-orang Indonesia di luar negeri yang
berhasil dihimpun Prof Surya. Semua dilakukan karena ia ingin mewujudkan mimpinya: ada fisikawan Indonesia yang meraih Nobel fisika.
Lahir di Jakarta, 6 November 1963, ia sempat mengajar
di SMAK 1 Penabur Jakarta setelah meraih gelar Sarjana fisika dari Universitas
Indonesia (1986). 2 tahun menjadi guru, ia berangkat ke Amerika Serikat untuk
melanjutkan pendidikan di College of
William and Mary di Virginia. Tak cukup program Magister, program doktoralpun
dirampungkannya dengan predikat cum laude (1994). Tahun yang sama, ia direkrut
sebagai Consultant of Theoritical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Bearn Accelerator
Facility) di Virginia. Saat sedang berjuang meraih gelar PhD itulah ia
melihat pengumuman tentang
penyelenggaraan Olimpiade Fisika 1993 di kampusnya. Terbayang betapa bangganya
bila putra-putri Indonesia bisa turut berpartisipasi bahkan meraih medali di ajang adu otak
itu. Bersama rekannya sesama mahasiswa doktoral asal Indonesia, Agus Ananda, ia langsung bergerak. Mereka menghubungi Universitas Indonesia untuk mencari 5
siswa berbakat untuk mewakili Indonesia di ajang kecerdasan bergengsi
internasional itu. Prof Surya sendiri mengurus pendaftaran dan mengumpulkan
dana dari jaringan warga Indonesia di luar negeri. Sayang, dana yang terkumpul
hanya cukup untuk mengirim 2 siswa ke Amerika Serikat, Oki Gunawan dan Jemmy
Widjaja. Kedua wakil Indonesia ini berhasil membawa pulang 1 medali perunggu
dan honorable mention pada kesempatan
pertama itu.
Pulang ke Indonesia, sejak tahun 2009 Prof. Surya bekerja sama dengan pemerintah
daerah tertinggal se-Indonesia menggalakkan 'Matematika GASING' (gampang, asyik, dan menyenangkan). Ini adalah program belajar matematika dengan cara menyenangkan bagi anak-anak di daerah tertinggal. Terbukti, dengan program ini para siswa yang semula dianggap 'bodoh' mampu menguasai matematika kelas 1-6 SD hanya dalam tempo 6 bulan latihan! Prof Suryapun aktif berkeliling ke pelosok Indonesia untuk melatih para ibu terampil matematika. Para ibu dilibatkan, karena merekalah yang utamanya membimbing anak-anak belajar. Iapun tercatat sebagai anggota Dewan Kurator Museum IPTEK TMII, anggota Dewan Wali Amanah Sekolah Tinggi Islam Assalamiyah (Banten), dan aktif mengkampanyekan gerakan Cinta Fisika ke seluruh Indonesia. Untuk mendidik guru-guru berkualitas dari pelosok Indonesia, mendirikan STKIP Surya (2010). Kini, mantan rektor Universitas Multimedia Nusantara ini berkonsentrasi mempersiapkan pendirian Surya University yang akan fokus pada pendidikan, energi, dan ilmu hayat (life science). Keberhasilannya menghantar putra-putri Indonesia berjaya di Olimpiade Fisika membuat beberapa negara tertarik untuk merekrutnya sebagai pembina tim Olimpiade Fisika mereka. Toh semuanya selalu ditolak Prof Surya. Ia tetap konsisten mewujudkan mimpinya: Indonesia meraih Nobel fisika!
Meski kegiatannya begitu padat, ia tetap bisa meluangkan waktu menulis. Sejumlah buku karyanyapun telah diterbitkan. Email: yohanes2surya@yahoo.com atau surya.yohanes@gmail.com website: www.yohanessurya.com (MGH/Foto: Koleksi Pribadi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar