Tati Sumirah atau dikenal juga dengan nama Ati Soemirah, adalah salah seorang srikandi bulutangkis Indonesia di era 70-an yang turut berjasa memboyong Piala Uber ke Indonesia untuk kali pertama di tahun 1975. Bersama Minarni, Utami Dewi (adik legenda bulutangkis Rudi Hartono), Imelda Wiguna, Theresia Widiastuti, dan Regina Masli, Tati mempersembahkan lambang supremasi bulutangkis beregu putri dunia untuk Indonesia dengan mengalahkan tim Jepang di final. Setahun sebelumnya, Tati menempati peringkat 2 Kejuaraan Invitasi Bulutangkis Dunia di Jakarta. Kala itu, Tati merupakan salah seorang atlet bulutangkis tunggal putri andalan Indonesia.
Tati lahir di Jakarta tanggal 9 Februari 1952. Setelah mundur dari arena bulutangkis, ia bekerja sebagai kasir di apotek Ratu Mustika di Kebon Baru, Jakarta Selatan. Kehidupan Tati juga sangat sangat sederhana. Nasib mantan srikandi bulutangkis Indonesia ini menyentuh hati legenda hidup bulutangkis dunia yang setelah gantung raket menekuni dunia usaha, Rudi Hartono. Rudi kemudian menawarkan pekerjaan di perusahaan oli Top One miliknya, dan diterima Tati. Hingga kini, Tati bekerja sebagai tenaga administrasi di pabrik oli Top One. Setiap hari, ia berangkat bekerja pukul 07.00 pagi dan baru sampai di rumah pukul 19.30. Tati pergi-pulang bekerja dengan mengendarai sepeda motor dari rumahnya di Jakarta Timur ke kantornya di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Tati tinggal di kawasan Waru Doyong, Buaran, Jakarta Timur. Tati merupakan sosok yang sangat pendiam namun ramah. Sikapnya ini juga membuatnya selalu menolak tawaran wawancara maupun undangan menjadi pembicara di berbagai acara. Tak heran, diantara para mantan atlet bulutangkis kelas dunia lain, nama Tati termasuk yang paling kurang gaungnya. Bahkan di lingkungan sekitar rumahnyapun nama Tati Sumirah kurang dikenal.
Hingga kini Tati belum menikah dan tinggal di rumah orangtuanya bersama ibu, adik, dan keponakan-keponakannya. Meski sang ayah, MS Soetrisno adalah atlet tinju, namun ketertarikan Tati menekuni olahraga justru bukan diawali dari keluarga. Adalah seorang warga negara Amerika yang secara tak sengaja memperkenalkan bulutangkis pada Tati. Ceritanya, saat Tati masih SD, di dekat rumahnya dibangun jalan by pass. Salah seorang yang bekerja di proyek itu adalah seorang Amerika yang kemudian berkenalan dengan Tati. Dari dialah Tati melihat majalah olahraga yang memuat foto bulutangkis. Warga Amerika itu menjelaskan pada Tati tentang olahraga bulutangkis yang menurutnya sedang populer di negeri asalnya kala itu. Tatipun tertarik dan mulai belajar bulutangkis sendiri di rumahnya. Sang ayahpun membuatkan lapangan bulutangkis darurat di belakang rumah mereka dengan tali rafia dan garis lapangannya digambar di atas tanah dengan kapur tulis. Waktu itu, keluarga Tati masih tinggal di kawasan Rawamangun. Ternyata tak hanya Tati yang berlatih di lapangan ala kadarnya itu. Warga setempat juga tertarik ikut berlatih bulutangkis. Baru saat berumur 14 tahun, Tati bergabung dengan PB Tangkas.
Saking totalnya menekuni bulutangkis, Tati terpaksa mengorbankan sekolahnya. Ia tak pernah menamatkan pendidikan SMP karena padatnya jadwal pertandingan. Tati bergabung dengan Pelatnas saat berusia 20 tahun dan mengundurkan diri saat berusia 28 tahun karena ketatnya persaingan. Ia merasa prestasinya sudah menurun dibandingkan yuniornya sehingga berinisiatif mengundurkan diri.
Prestasi:
- Juara 2 Uber Cup 1972 (bersama Tim Uber Indonesia)
- Juara 2 Kejuaraan Invitasi Dunia, Jakarta 1974
- Medali perak bulutangkis beregu putri Asian Games VII, Teheran 1974 (bersama Tim bulutangkis putri Asian Games Indonesia)
- Juara Uber Cup, Jakarta 1975 (bersama Tim Uber Indonesia)
- Juara 3 Kejuaraan Dunia 1980
(MGH/Foto: Fathiyah Wardah Alatas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar