Senin, 28 Januari 2013

PROF. DR. EKA JULIANTA WAHJOEPRAMONO : OPERASINYA DISIARKAN LANGSUNG KE JEPANG


Meskipun sebagian orang Indonesia lebih percaya pada tenaga media asing, bukan berarti kualitas dokter-dokter kita kalah dibanding dokter negara lain. Salah satu buktinya adalah Prof. DR. dr Eka Julianta Wahjoepramono, ahli bedah syaraf (neurosurgeon) yang juga Guru Besar Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Dokter bedah syaraf yang mengkhususkan diri pada bedah batang otak ini juga menjadi Professor tamu di Harvard University Medical School, Amerika Serikat. Ini berarti, Prof. Eka merupakan orang Asia pertama yang menjadi Professor tamu di Harvard University Medical School. 

Tak hanya Harvard, Prof. Eka juga menjadi Professor tamu di berbagai universitas terkemuka. Diantaranya Taiwan National University, Taipei Medical University, The University of Melbourne (Australia), The University of Toronto (Kanada), dan Tokyo Women's Medical University.

Bukan cuma itu. Sudah beberapa kali, operasi yang dilakukan Prof. Eka disiarkan langsung melalui satelit dan disaksikan para dokter bedah syaraf di Jepang! Tak heran. Keahlian Prof Eka memang mengagumkan. Sejak pertama kali menangani operasi batang otak (2001) hingga kini, tingkat keberhasilan operasi yang ditangani Prof Eka mencapai 100 % alias tidak pernah gagal sama sekali! Ini merupakan prestasi luar biasa bahkan di tingkat internasional.

Prof. Eka lahir di Klaten (Jawa Tengah), 27 Juli 1958 dengan nama Tjioe Tjay Kian. Berasal dari keluarga miskin, Eka cemerlang di sekolah hingga akhirnya berhasil lolos ujian masuk Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Meski lahir dan tumbuh di keluarga miskin, sejak kecil eka memang bercita-cita menjadi dokter dan yakin cita-citanya tercapai. Setelah meraih gelar dokter dari Universitas Diponegoro, Eka lanjut mendalami spesialisasi bedah syaraf (neurosurgery) di Universitas Padjadjaran. 

Kini, sulung dari 5 bersaudara ini telah sukses menjadi dokter bereputasi internasional. Tetap, Prof. Eka tidak melupakan akarnya. Tak pernah pilih-pilih pasien, Eka tak jarang mengoperasi pasien miskin secara cuma-cuma. Baginya, ilmu kedokteran memang untuk menolong sesama yang memerlukan, tanpa pandang bulu latar belakang mereka. 

Sikap pantang menyerah, berani mencoba hal-hal baru, yakin tidak ada yang mustahil selama mau berjuang, dan selalu belajar adalah kunci keberhasilan Prof. Eka. Selain rajin membaca berbagai literatur kedokteran, Prof. Eka tak segan belajar secara formal di universitas. Tak tanggung-tanggung, 8 gelar S3 telah dikantonginya, termasuk gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Pelita Harapan, Tangerang (Banten). Motivasinya mempelajari ilmu hukum juga untuk mendukung profesinya sebagai ahli bedah syaraf. Prof. Eka ingin mengetahui aspek hukum dari profesinya agar lebih nyaman dan aman dalam mengamalkan keahliannya sebagai ahi bedah syaraf. Tak bisa dikesampingkan, tentu dukungan dari istri tercinta, Hannah Kiati Damar. Prof. Eka bisa dikontak lewat email: eka@siloamgleneagles.com (MGH/Foto:  Creativetrees)

3 komentar:

  1. Prof Eka memang dokter yg luar biasa.. Saya yg pernah menjadi pasien beliau mengakui hal tersebut.. Terlebih hal yg patut diacungi jempol adalah pendekatan psikologis Prof Eka dengan pasien yang tegas namun santai dan seperti tidak ada jarak bahwa kita sebagai pasien dan beliau sebagai dokter,, patut dicontoh oleh para dokter yang lain.. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejak 19 Juli 2013, adik saya Lydia Levina Chandra terbaring lemah di ruang ICU RS Royal Taruma, Grogol karena pembengkakan otak, sampai saat ini belum sadar.
      Karena itu, bantu saya agar dapat menghubungi Dr. Eka.
      Terima kasih,

      Cilvia
      081280888191
      085718110002

      Hapus
    2. mohon di berikan info bagaimana menghubungi prof eka
      adik saya mengalami tumor batang otak

      yohanes
      081703730715

      Hapus