Minggu, 03 Maret 2013

THATA JOYCE SIGAR : BANGGA BERPASPOR INDONESIA


Sosialita yang satu ini memang sangat Indonesia. Tak hanya bhineka tunggal ika - berdarah gado-gado Manado-Sunda-Cina-Belanda, Thata juga bangga menunjukkan identitasnya sebagai orang Indonesia meski bermukim di Malaysia, negeri yang telanjur dicap kurang ramah terhadap Indonesia. 

Lahir di Jakarta, 6 November 1970 dari keluarga kalangan atas, Thata telah menggeluti dunia bisnis sejak tinggal di Jakarta. Dialah salah seorang pendiri Animasindo, rumah produksi yang membuat iklan dan animasi (1994). Setelah menikah dengan pria Malaysia, Thata mengikuti sang suami bermukim di Negeri Jiran. Di sana, Thata tetap menekuni bisnis dengan mendirikan Imej Revolusi, perusahaan film dan hiburan. Tentu bukan tanpa alasan Thata setia pada bidang bisnis hiburan latar belakang pendidikan formalnya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) membekalinya dengan pengetahuan di bidang seni  dan hiburan. 

Tapi, di Malaysia Thata tak semata mengejar keuntungan. Iapun mempunyai misi membawa budaya Indonesia ke Malysia  dengan mendatangkan artis-artis Indonesia mulai Ruth Sahanaya, Reza, Krisdayanti, Samson, Anang, Syahrini, Ashanty, Wali, hingga Trio Macan. Thata juga membuka butik kebaya 'Kebaya For The World' di 3 mal elit Malaysia: Parkson KLCC, Parkson Pavillion, dan Parkson Subang Parade. Untuk itu, Thata bekerjasama dengan perancang kebaya Indonesia, Raden Sirait. Sukses, sudah pasti!

Sukses memboyong kebaya ke perbelanjaan kelas atas Malaysia, Thata makin bersemangat membawa busana Indonesia ke Malaysia. Iapun membuka butik 'Batik for the World' dengan konsep yang sama, di samping mengimpor 3 merek busana buatan Indonesia: Luire, Zegez, dan Middle East. 

Di balik kegiatan bisnisnya, wanita modis yang awet muda  ini memang ingin memberi pencerahan pada warga Malaysia agar lebih menghargai Indonesia. Ini diperlihatkan dsalam kesehariannya, antara lain dengan menolak disebut 'Indon', sebutan yang merendahkan bangsa Indonesia dari sebagian warga Malaysia. Kalau ditanya, "Are you from Indon?" Thata selalu menjawab, "No! I am from Indonesia!" 

Thata juga selalu tampil anggun dan modis hingga menjadi acuan para sosialita Malaysia dalam berdandan. Thata menuturkan, soal mode, Indonesia memang lebih maju daripada Malaysia. Tak puas membawa seni dan busana Indonesia, Thata juga menyebarkan 'virus' bahasa gaul ala Jakarta ke Malaysia. Hasilnya, para sosialita Malaysia 'tertular' kebiasaan Thata menyelipkan kata-kata seperti "dong' atau "cin" saat berbicara. 

Dari pernikahannya, Thata dikaruniai 3 anak: Moch Hadly Khan, Nadira Shanaz Khan, dan Moch Hazry Khan. Di luar kesibukannya sebagai pengusaha, ibu, dan sosialita, Thata aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia mengajar berkuda untuk para penyandang cacat di Malaysia. 

Thata juga aktif sebagai penyelenggara kegiatan-kegiatan sosial untuk Indonesia dan tak jarang membantu para TKI yang bermasalah di Negeri Jiran. Pergaulannya yang luas dengan kalangan atas Malaysia memang sangat membantu. Apalagi hobi berkuda dan polo mendukungnya memasuki pergaulan dengan para pejabat dan keluarga raja-raja Malaysia. Meski sejak lama mengenal olahraga berkuda, baru setelah tinggal di Malaysialah Thata serius menekuni olahraga kaum berpunya itu. Bukan untuk bergaya, tapi untuk memperluas jaringan bagi bisnisnya juga untuk memberi citra berbeda terhadap Indonesia yang cenderung dipandang sebelah mata karena banyaknya TKI di sana. Tak hanya berkuda di Malaysia dan Indonesia, kadang Thata dan teman-temannya latihan polo hingga ke Perancis, Belanda, Australia, hingga Argentina. Koneksi yang luas di kalangan atas ini juga membuat bisnisnya mulus di Negeri Jiran. Thata, antara lain, mendapat proyek kakap menangani kampanye pariwisata Malaysia 'Visit Malaysia Year 2007.'

Meski bersuami pria Malaysia, hidup makmur dan terhormat selama puluhan tahun di  Negeri Jiran, Thata memilih tetap mempertahankan kewarganegaraan Indonesia. Hingga kini, Thata bangga berpaspor Indonesia. Betul kan, Thata memang sangat Indonesia! (MGH - disarikan dari Kompas/Foto: Wawan H. Prabowo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar