Jumat, 15 Maret 2013

SANGKOT MARZUKI : PAKAR BIOLOGI MOLEKULER BEREPUTASI DUNIA


Pakar biologi molekuler ini tak hanya handal di dalam negeri, namun disegani dii dunia internasional.Menyandang 3 gelar doktor dari 3 universitas ternama dunia: Higher Doctorate dari  Monash University Australia, Honorary Doctorate dari Utrecht University Belanda, dan Honorary DSc dari University of Queensland Australia, Sangkot lebih  dulu menjadi ilmuwan di Benua Kanguru. Pencapaian lain adalah (Honorary/Adjunct) Professor of Medicine di Monash University dan (Honorary) Professor of Biochemistry and Molecular Biology di University of Queensland. 

Di almamaternya, Monash University, ia mengajar mahasiswa program S3 dan memimpin laboratorium yang cukup besar. Lebih dari 20 tahun ia tinggal di Benua Kanguru hingga Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) kala itu, BJ Habibie, menyuratinya untuk pulang dan turut membangun Indonesia. Sangkotpun pulang dengan tekad menyumbangkan ilmu dan pengalamannya untuk bangsa tercinta.

Di Indonesia, ilmuwan kelahiran Medan tanggal 2 Maret 1944 ini turut mendirikan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (selanjutnya disebut LBM Eijkman) yang para stafnya merupakan ilmuwan terpilih negeri ini. Lebih dari itu, LBM Eijkman dilengkapi laboratorium yang sangat canggih di masanya (1992), bahkan lebih modern dibanding laboratorium Monash University di Australia! Ditambah dukungan dana dari pemerintah yang amat memadai, dalam waktu singkat LBM Eijkman menjadi salah satu lembaga penelitian terkemuka di dunia. Banyak ilmuwan asing yang bekerja sama dengan LBM Eijkman. Di lembaga ini, Sangkot mengemban tugas berat: Direktur LBM Eijkman. 

Bangsa Indonesia makin harum di bidang ilmu pengetahuan setelah Sangkot Marzuki menjadi salah seorang dari 4 ilmuwan terkemuka Asia yang menjadi arsitek proyek studi genetik Pan Asian Single Nucleotide Polymorphism tahap 1. Sayang, setelah dilanda krisis moneter disusul krisis multi dimensional di akhir 1990-an, LBM Eijkman kehilangan tajinya. Para penelitinya banyak yang dipindahkan ke luar negeri untuk menghemat biaya. Dana penelitianpun  dipangkas habis-habisan, apalagi dengan terjadinya peralihan kekuasaan di tengah gonjang-ganjing politik. Keterbatasan dana ini pula yag membuat Indonesia terpaksa tidak turut lagi dalam studi genetik tahap 2. 

Sebagai ilmuwan bereputasi internasional, Sangkot dibajiri tawaran pindah dari negeri tetangga. namun, Sangkot selalu menolak. Tekadnya mantap untuk terus mengembangkan ilmu Biologi Molekuler dan kembali membangkitkan LBM Eijkman sebagai salah satu lembaga penelitian terkemuka dunia. Minimal, Sangkot ingin LBM Eijkman yang telah dirintisnya sejak nol tetap bertahan hidup meski kini dibatasi minimnya dana dan peralatan pendukung yang telah ketinggalan zaman karena tidak pernah ada peremajaan. Untuk kaderasasi, Sangkot masih mencari kandidat untuk memimpin LBM Eijman, bila kelak ia tak lagi bisa berjuang untuk ilmu pengetahuan Indonesia. Iapun masih menyimpan asa, kelak bisa kembali memanggil pulang para ilmuwan Indonesia yang hijrah ke luar negeri sejak krisis moneter, dan mengembalikan pamor Indonesia di tatar ilmu pengetahuan internasional, khususnya di bidang Biologi Molekuler.(MGH/Foto: Rumah Pengetahuan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar