Di ajang Olimpiade, para pelari kita tak hanya mencatat sejarah secara individual namun juga estafet beregu. Ini terjadi tahun 1984 di Olimpiade Los Angeles (Amerika Serikat). Empat pelari cepat (sprinter) kita: Purnomo, Johannes Kardiono, Christian Nenepath, dan Ernawan Witarsa sukses menempus semifinal estafet 4 x 100 meter putra. Sebelumnya putra-putra Indonesia tersebut mencapai tempat ke-3 di seri ke-3 babak pertama.
Ernawan mengenang, meski waktu itu belum ada iming-iming bonus milyaran, para atlet kita bertanding di Olimpiade dengan semangat membara. Motivasinya hanyalah memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara tanpa memikirkan yang lainnya. Lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' yang dikumandangkan sebelum bertanding, sudah mampu membakar semangat juang para olahragawan kita. Tanpa gentar, mereka bertanding melawan para atlet terbaik dunia yang berpostur lebih tinggi dan besar.
Meski bilangan usia telah jauh bertambah, Ernawan Witarsa masih berprestasi di tingkat internasional. Tiga tahun lalu, pelari kelahiran 3 Maret 1966 yang bertinggi badan 173 cm ini meraih 2 medali emas dalam Kejuaraan Atletik Asia di Kuala Lumpur yaitu untuk nomor 100 meter dan 200 meter. Untuk menghidupi keluarganya, Ernawan sehari-hari bekerja sebagai karyawan bank OCBC NISP di Garut. Tetap, ia meluangkan waktu berbagi ilmu dan pengalaman dengan melatih para pelari muda. Namun di rumah, ia tetap memberikan waktu terbaik bagi kedua putranya, Arasy Akbar dan Akmal Fajar juga sang istri tercinta Neni Sikki.(MGH/Foto: Koleksi Pribadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar