Kamis, 02 Agustus 2018

JIM ADHI LIMAS : AKTOR PERANCIS ASAL INDONESIA


Puluhan tahun berkarir di dunia seni peran Perancis, aktor senior Jim Adhi Limas memilih pulang ke Indonesia. Keputusan yang tidak mengherankan bagi yang mengenal aktor senior ini. Meskipun masuk warganegara Perancis setelah 25 tahun bekerja di sana, Jim menegaskan perasaannya tidak berubah pada Indonesia, Hanya paspornya yang berubah demi kepraktisan pekerjaan, tapi jiwanya tetap 100 % Indonesia.Karena itu, di usianya yang ke-81 tahun, Jim pulang ke Indonesia.

Jim Adhi Limas kelahiran Bandung tahun 1937, sudah tertarik pada teater sejak kecil. Awalnya karena sang ayah sering mengajaknya nonton wayang di kawasan Kosambi, Bandung. Sedangkan ibunya sering mengajak Jim nonton film. Di rumah, Jim suka memainkan boneka-boneka kain buatan neneknya, ala panggung boneka. Dari situlah muncul keinginan Jim menjadi aktor. Seperti umumnya orangtua Indonesia, ayah Jim tidak setuju. Beliau ingin Jim menempuh pendidikan formal setinggi mungkin. Untungnya, orangtuanya memasukan Jim ke Sekolah Museum Kristen Bandung yang mengajarkan bahasa Belanda dan Perancis. Keterampilan yang kemudian memuluskan langkahnya sebagai aktor di negeri orang. 

Jim merupakan salah 1 tokoh utama Studiklub Teater Bandung (STB) yang berdiri tahun 1958. Kelompok ini sering mementaskan lakon adaptasi dari Perancis. Sambutan masyarakatpun sangat menggembirakan. STB mampu mementaskan lenih dari 29 lakon hanya dalam waktu 9 bulan. Penampilan Jim di panggung teater bersama STB rupanya menarik perhatian pemerintah Perancis yang menawarkan beasiswa untuk belajar teater di Perancis selama 9 bulan. Tidak langsung menerima, Jim meminta waktu dulu karena saat itu sedang menyelesaikan 1 lakon bersama STB. Akhir 1967, Jim terbang ke Perancis. Meski tidak kerasan tinggal di Perancis, beasiswa yang 9 bulan diperpanjang hingga 2 tahun. Alasannya sederhana. Jim sadar ia udah jauh-jauh ke Perancis, harus memanfaatkan kesempatan menimba ilmu dan pengalaman di sana. Ketika ia akan pulang ke Indonesia, datang tawaran sebagai pemeran utama lakon teater Slimane ou-l'homme-cailloun karya Jean Pellegri. Jimpun menunda kepulangannya. Tapi ternyata, tawaran berakting terus datang bak air bah. Tidak hanya lakon panggung, Jimpun laris didapuk berperan dalam film televisi hingga layar lebar. Jim batal pulang ke Indonesia dan justru berkarir sebagai aktor di Perancis. Beberapa filmnya antara lain: L'amour Malgre Toi, Nous Nous Sommes Recontres dans un Autre Reve, Diva, Bitter Moon, dan Ich und Kaminski. 

Tidak hanya berperan dalam film-film produksi Perancis, Jim juga berakting dalam film-film produksi Jerman dan Portugal. Namun paspor Indonesianya sering membawa masalah karena tiap kali syuting ke luar Perancis, ia selalu direpotkan berbagai birokrasi yang rumit. Padahal sebagai aktor, ia harus bisa bekerja sesuai jadwal ketat yang telah ditentukan. Akhirnya, setelah 25 tahun berkarir di perfilman Perancis (dan Eropa) dengan paspor Indonesia, Jim memutuskan masuk warganegara Perancis. Keputusan yang, menurut Jim, semata demi kelancaran pekerjaannya. Dan setelah 50 tahun berkarir di dunia seni peran Perancis, kerinduan pada negeri kelahiran memanggilnya pulang ke Indonesia. Kembali menelusuri jejak-jejak kenangan yang telah berpuluh tahun tercecer, dan berusaha menjalin jaring komunikasi lagi dengan teman-teman lama. Tapi tak hanya itu. Jim banyak mendapat undangan dari berbagai lembaga pendidikan serta komunitas teater dan film un tuk berbagi pengalaman dan ilmu di aneka ajang diskusi hingga festival film. Darah dan kenangan akan selalu memanggil, dimanapun kita berada dan kapanpun.(mgh/foto: kabare)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar