Sabtu, 28 Juli 2012

TRIYA NINGSIH : TOLAK TAWARAN 2 KEWARGANEGARAAN


Kecil-kecil cabe rawit, biar kecil prestasi melangit. Begitulah pelari jarak jauh Indonesia yang sedang berlaga di Oimpiade, Triya Ningsih. Dengan tinggi 146 cm dan berat 37 cm, prestasinya melampaui atlet-atlet lain yang berpostur lebih menjulang. Ialah pemegang rekor lari 10.000 meter SEA Games dengan catatan waktu 32 menit 49,47 detik, mengoreksi rekor lama juga atas nama pelari Indonesia Supriati Sutono yang telah bertahan selama 8 tahun! Kalau Sahabat menyaksikan upacara pembukaan Olimpiade Subuh tadi (waktu Indonesia), sosok dara mungil ini direkam kamera berada di barisan terdepan bersama beberapa atlet wanita Indonesia lain dengan seragam kebaya merah. 

Lahir 15 Mei 1987, putri pasangan petani alm. Iyas Saderi dan Ngatiyateni ini mengasah bakat berlarinya di klub Lokomotif milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) di Solo. Siapa sangka, awalnya ia tak berminat menjadi atlet lari meski sang kakak, Ruwiyati, merupakan atlet lari nasional yang disegani. Untung ada Alwi Mugiyanto, pelatih Ruwiyati yang yakin Triya berbakat menjadi pelari. Alwi terus membujuk Triya agar bersedia mengikuti jejak sang kakak menekuni olahraga lari. Tak hanya itu tantangan yang dihadapi Alwi. Para pengamat olahragapun mencibir Triya yang dianggap tidak cocok menjadi atlet. Terbukti, keyakinan dan kegigihan Alwilah yang tepat. Bahkan karena prestasinya yang mengagumkan di tingkat Asia, Triya pernah mendapat tawaran kewarganegaraan dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Jawabannya, sudah kita ketahui. Hingga kini Triyatetap berjuang membela Merah Putih di arena atletik. 

Tak hanya mengandalkan bakat, Triyaberlatih keras dan disiplin. Untuk menjaga performanya, dara ini berlari 10-35 km/hari 6 hari, kecuali hari Minggu.Target latihannya perminggu  berlari 210 - 250 km! Tak hanya itu, Triya hanya makan ikan, sayur mayur, dan  beras merah yang hanya ada di Indonesia. Ia berpantang makan makanan berminyak, daging, dan minum es. Sehari-hari Triyaningsih bekerja sebagai PNS di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). 

Selain bakat, semangat juang menjadi nilai tambah Triya. Ini ditunjukkan antara lain saat berlomba di nomor lari maraton SEA Games tahun lalu. Triya memilih menyembunyikan cedera yang didapatnya sejak bertanding di nomor 5.000 meter agar tetap diturunkan di nomor maraton. Hasilnya berbuah emas di setiap nomor yang diikutinya. Padahal belakangan ia mengaku, kalau saja tak ada penonton, ia pasti berlari sambil meringis kesakitan. "Tapi karena ada penonton, jadi saya tahan sakitnya dan berlari sambil tersenyum," tutur wanita kuat ini. 

Meski bertanding di cabang yang relatif lebih menguras tenaga, Triya memilih tetap berpuasa selama Olimpiade. Ia berharap bisa memperbaiki catatan waktu dalam Olimpiade ini. Untuk menghadapi Olimpiade, ia telah mempersiapkan diri secara khusus di kawasan pegunungan Pengalengan di Bandung. 

Prestasi:
- Medali emas maraton putri Brunei Darussalam (2005)
- Medali emas maraton putri Penang, Malaysia (2005)
- Medali emas maraton putri Singapura (2006)
- Medali emas maraton putri Muangthai (2006)
- Medali emas lari 5.000 meter putri SEA Games Muangthai (2007)
- Medali emas lari 10.000 meter putri SEA Games XXV Laos (2009)
- Medali emas lari 5.000 meter putri SEA Games XXV Laos (2009)
- Medali emas lari 10.000 meter putri SEA Games Palembang (2011)
- Medali emas lari 5.000 meter putri SEA Games Palembang (2011)
- Medali emas maraton putri SEA Games Palembang (2011)
(MGH/Foto: Koleksi Pribadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar