Mungkin Sahabat pernah mendengar atau membaca kalimat -kalimat ini dalam iklan makanan berbahan coklat "....dilapisi coklat Belgia asli" atau ".....dengan cita rasa coklat Swiss sejati". Padahal kedua negara tersebut bukanlah penghasil kakao. Mereka hanya mengimpor kakao Indonesia. Benar, Indonesia memang merupakan salah satu penghasil utama kakao berkualitas di dunia.
Kakao yang merupakan bahan baku coklat banyak diekspor Indonesia ke berbagai negara termasuk Belgia dan Swiss. Di sana, kakao Indonesia diolah menjadi coklat kelas dunia yang ternama. Tak percaya? Mampirlah ke Philippe Pascoet, toko coklat papan atas di Geneva, Swiss yang selalu menyebut asal bahan bakunya. Dengan mudah Sahabat akan menemukan tulisa 'Java 64%, Chocolat Noir'. Dibuat dari coklat hitam dari Jawa 64%.
Sebagai produsen kakao terbesar ke-3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana, Indonesia berpotensi menjadi negara produsen coklat kelas dunia. Namun kenyataannya justru Swiss dan Belgia yang ngetop dengan produk coklatnya. Ini disebabkan coklat pabrikan yang banyak beredar di Indonesia hanya padatan coklat tanpa lemak kakao. Padahal lemak kakao inilah kunci kelezatan coklat kelas dunia.
Menyadari potensi tersebut, kini telah muncul produsen-produsen coklat dari beberapa daerah di Indonesia yang menggunakan bahan baku lokal couverture, coklat yang mengandung lemak kakao. Tak hanya itu, merekapun menawarkan citarasa unik dalam kemasan kreatif yang kental dengan identitas Indonesia. Sebut saja Coklat Monggo (silakan) dari Kotagede (Yogyakarta) yang menawarkan rasa jahe, kencur, bahkan cabe. Ada pula Chocodot produk Garut (Jawa Barat) yang bercirikan perpaduan coklat dan dodol, selain beberapa varian lain: kopi Indonesia, rengginang, abon daging, dan abon ikan. Coklat Roslyn's buatan Rumah Makan Cibiuk Bandung yang mengandalkan coklat dipadu kremes, manisan, hingga kripik jagung. Produsen senior dodol Garut, Picnic, juga tak ketinggalan memproduksi Chocdol. Dari Bandung juga ada coklat Van Java yang dikemas elegan dengan gambar wayang.. Yang terbaru, Cokelat Roso (Cokro) dari Yogyakarta dengan berbagai rasa andalannya: beras kencur, kunyit, gula asam, dan jamu! Cokro juga menawarkan coklat dalam berbagai rasa buah Indonesia yang dikemas unik dalam gentong dan teko tanah. Ada pula coklat Sesuwatu Banged buatan Garut yang kemasan kocaknya membuat pembeli tersenyum dan geleng-geleng kepala karena kreativitas produsennya.
Meski masih berskala kecil, coklat dalam negeri beridentitas Indonesia berhasil menembus supermarket-supermarket papan atas seperti Kemchick, Food Hall, dan Circle-K. beberapa juga telah memiliki toko sendiri. Selain itu, coklat-coklat asli Indonesia juga dipasarkan secara online. Permintaan juga terus meningkat, tak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri seperti dialami coklat Monggo. Sayang, hingga kini mereka belum bisa mengekspor produk karena kendala perizinan di Bea dan Cukai.(MGH/Foto: Coklat Roso)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar