Rabu, 10 April 2013

AMRON-PAUL YUWONO : DARI BROADWAY KE GEDUNG PUTIH


Amron-Paul Yuwono atau Paul Amron Yuwono dikenal sebagai penata rias handal yang mampu menembus kalangan elit Amerika Serikat. Salah satu  yang pernah dipercantik olehnya adalah Maya Soetoro, adik tiri Presiden Barack Obama. Bukan kebetulan, karena Maya adalah sahabat Paul semasa remaja di Yogyakarta. Karena kesibukan masing-masing, Paul dan Maya sempat kehilangan kontak selama bertahun-tahun. Bahkan ketika Paul hijrah ke Amerika Serikat di usia 17 tahun, ia tak tahu lagi di  mana Maya tinggal, begitupun sebaliknya. 

Suatu hari sekitar 6 tahun lalu, Paul secara kebetulan menyaksikan liputan profil sang Presiden, termasuk keluarganya. Di situlah ia menyaksikan sahabatnya yang lama 'menghilang', Maya. barulah Paul tahu, maya adalah adik Obama. Langsung ia mencari nomor kontak Maya. Berhasil! Maka, bertemulah 2 sahabat lama ini. Tak sekedar bertemu, Paul menawarkan diri menjadi penata rias Maya di hari pelantikan Barack Obama. Gayungpun bersambut. Maya menerima tawaran sahabat lamanya. Dan, Paul tak mengecewakan Maya. Riasan Paul secara khusus mendapat pujian dari Sang Presiden dan nama Paulpun mendadak terkenal sebagai penata rias di Amerika Serikat. Menjadi penata rias Maya, Paul mendapat kartu akses masuk ke seluruh bagian Gedung Putih dan Blair House plus layanan VVIP! Hal yang orang Amerika Serikat sendiri sangat jarang menikmati. Yang juga berkesan bagi Paul, ia bisa bertemu dan berbicara secara pribadi dengan Presiden Obama dan keluarga. 

Di luar urusan memperindah wajah orang, Paul diam-diam sempat beraksi di beberapa film Hollywood seperti Milk yang juga dibintangi mantan suami Madonna, Sean Penn (2008) dan Eat, Love & Pray yang menampilkan Julia Roberts sebagai pemeran utama. Uniknya, Paul terlibat dalam film Hollywood bukan sebagai penata rias, tapi sebagai pemain! Yang lebih keren, ia juga sempat bermain dalam drama musikal Broadway saat baru beberapa bulan tinggal di Negeri Paman Sam. Dan hebatnya, berhasil masuk nominasi Best Supporting Actor. Judul dramanya: Snoopy, The Musical. Paul berperan sebagai Woodstock. 

Paul memang menyukai seni sejak kecil. Hobinyapun kental dengan seni: menulis dan melukis. Sayang, Iman Yuwono, sang ayah yang pengusaha daur ulang sampah, tidak setuju putranya menggeluti dunia seni. Alasannya klasik, seni tidak bisa membuat orang kaya. Meski sudah menunjukkan prestasi di bidang melukis dengan menjuarai lomba di masa kanak-kanak, ayahnya tetap tak mendukung. Bahkan piagam penghargaan Paul sebagai juara ke-2 lomba gambar tingkat TK, dirobek-robek sang ayah. Sementara sang ibu, Rindang Asri, patuh pada keputusan suaminya. Namun Paul kukuh dengan keinginannya menjadi seniman. Hingga akhirnya, saat sang ayah koma dan dirawat di rumah sakit, sulung dari 3 bersaudara ini lari ke Singapura dan ditampung seorang misionaris. Melihat bakat seninya, sang misionaris mengusahakan beasiswa bagi Paul ke Tulsa, Amerika Serikat. Berhasil! Paulpun bertolak ke Benua Harapan.

Bagaimanapun, Paul ingin membahagiakan orangtuanya. Maka, di Amerika ia memilih belajar agribisnis di ORU University. Gagal di tengah jalan karena memang ia tak tertarik pada bidang itu. Paulpun sadar, ia harus mengikuti panggilan hatinya pada seni. Maka ia pindah ke jurusan Telekomunikasi dan Seni Rupa. Ayahnya yang tahu Paul tidak jadi belajar bisnis, langsung memanggilnya pulang ke Yogya. Paul yang sudah kerasan di Amerika Serikat, terpaksa pulang. Sampai di Yogya, ganti ayahnya yang kaget melihat perubahan si sulung. Paul yang dulunya sangat pemalu, bahkan tidak berani keluar rumah kalau ada banyak orang di jalan, sepulang dari Amerika jadi mandiri dan percaya diri. Inilah yang membuat ayahnya mengizinkan PAul menggeluti dunia seni. Ayahnya bahkan membangun hostel sesuai usul Paul. tapi, lagi-lagi terjadi selisih paham anatara ayah-anak. Sang ayah ingin hostelnya dibangun yang biasa-biasa saja, asal bisa menarim tamu sudah cukup. Tapi, Paul ingin hostelnya berkonsep seni dan menjadi tempat berkumpul para seniman. berbeda lagi, mentok lagi, Paulpun kabur lagi ke Singapura! Kali ini ayahnya yang mengalah. Dan berdirilah hostel impian Paul. 

Lebih dari penginapan biasa, hostel internasional berkonsep seni tinggi milik Paul dijadikan tempat pertemuan serta pelatihan para seniman dalam negeri dengan pengamat seni dari luar negeri. Paul berharap bisa mewujudkan impiannya untuk melestarikan budaya Indonesia. Sementara di Amerika Serikat, Paul membuka butik Gecko Gecko di San Fransisco yang menjual barang-barang buatan Indonesia. wow, banyak banget ya kesibukan Bapak satu ini! Tapi, itu belum semuanya. Paul juga bekerja lepas sebagai art-director consultant untuk Astradeco Garment di Denpasar, konsultan gaya dan kecantikan independen di San Fransisco, bekerja lepas untuk Spirit of Boz di Liguria (Italia), reporter untuk media warga Indonesia di AS: KABARI News & Magazine, hingga Direktur kreatof dan konsultan seni di Iris Yogyakarta-Gallery. Masih ada beberapa pekerjaan lain yang ditekuninya, umumnhya sebagai pekerja lepas, termasuk menjadi aktor dan konsultan penampilan internasional. Wow! bagaimana atur waktunya ya. 

Soal kehidupan pribadi, pria yang lahir 26 Oktober 1967 ini mengaku sedang menjomblo alias belum ada gandengan. Paul kini resminya tinggal di San Fransisco.Tapi ia sering pulang ke Indonesia. Malah sekarang ia sedang berada di Bali.(MGH/Foto:Koleksi Pribadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar