Setiadharma Atmaja Koesbianto atau lebih dikenal dengan nama Njoo Kiem Bie adalah salah satu pahlawan Piala Thomas Indonesia. Bersama 6 rekannya, Kim Bie berhasil memboyong lambang supremasi tertinggi bulutangkis putra beregu ke Indonesia untuk pertamakalinya setelah menaklukkan Tim Malaya (1958). Sosok tegap setingggi 183 cm kala itu memang salah satu andalan tunggal putra Indonesia yang sedang di puncak prestasinya.
Meski menjadi atlet bulutangkis kaliber dunia, Kim Bie tak pernah meninggalkan kota kelahirannya, Surabaya. Apabila kebanyakan atlet lain memilih pindah ke ibukota, Kim Bie memilih berlatih di Surabaya. Setelah mundur dari arena bulutangkispun, Kim Bie tetap tinggal di Surabaya. Ia bekerja sebagai karyawan bank milik Belanda yang kemudian dinasionalisasi menjadi Bank Exim dan akhirnya dimerger menjadi Bank Mandiri. Tentu, cintanya pada bulutangkis tak padam begitu saja. Ia tetap berkecimpung dalam olahraga yang amat dicintainya sebagai pelatih di PB Suryanaga, Surabaya. Kim Biepun sempat menyumbangkan pengalaman dan buah pikirannya sebagai Dewan Pakar PB PBSI dan penasihat PBSI Jatim.
Kim Bie lahir tanggal 17 September 1927. Menikah dengan Sisca Ling, Kim Bie dikaruniai 2 orang putri: Lucia Setiadharma Atmaja dan Maria Setiadharma Atmaja. Di mata putri-putrinya, Kim Bie adalah sosok ayah yang keras namun teguh memegang prinsip dan bertanggungjawab. Sementara bagi atlet-atlet muda binaannya, Kim Bie dikenang sebagai pelatih yang berdisiplin tinggi. Kim Bie selalu datang di lapangan 30 menit sebelum latihan dimulai.
Yang juga menyentuh adalah kecintaannya yang mendalam terhadap bulutangkis. Saat sang istri dirawat di rumah sakit karena kanker, Kim Bie tak menghentikan aktivitasnya melatih bulutangkis di PB Suryanaga. Sebelum dan selesai melatih, ia selalu menunggui sang istri di rumah sakit. Ini dilakoninya setiap hari hingga istrinya berpulang.
Njoo Kim Bie tutup usia di rumah sakit RKZ Surabaya, setelah terjatuh di lapangan bulutangkis saat sedang melatih. Tepatnya tanggal 7 januari 2008, Kim Bie menyusul sang istri yang telah berpulang karena kanker payudara (2007). Penuturan salah seorang kerabatnya, menjelang tutup usia Kim Bie mengingau mnyebut-nyebut nama anak-anak latihnya dan instruksi-instruksi latihan bulutangkis! Kim Bie dimakamkan beserta raket terakhir yang digunakannya melatih. Sayang, ada 1 keinginannya yang tidak sempat dilihatnya sebelum wafat: melihat Piala Thomas dan Uber kembali bersanding di pangkuan Ibu Pertiwi. Semoga tak lama lagi, keinginan Mendiang dapat menjadi nyata. (MGH/Foto: Liputan 6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar