Keberhasilannya memboyong medali emas panjat tebing nomor speed relay bersama Abudzar Yulianto, Leonardo Veddriq dan Rindi Suprianto tidak hanya mengharumkan nama bangsa Indonesia di tingkat dunia, namun berbuah manis bagi Hinayah dan keluarganya. Tidak hanya bonus berupa uang tunai ratusan juta, Hinayahpun dihadiahi 1 unit apartemen dari Pemprov Sumatera Selatan, daerah asalnya. Pemda Musi Banyuasin bahkan akan mengangkat HInayah sebagai PNS untuk memotivasi putra-putra daerahnya yang lain. Sesuatu yang sebelumnya tak terbayangkan pria dari keluarga sederhana yang terjun ke olahraga panjat tebing sejak umur 9 tahun ini.
Muhammad Hinayah lahir di keluarga besar, ia punya 5 saudara kandung. Orangtuanya, Herman dan Arnizah harus memutar otak untuk menghidupi anak-anaknya. Apalagi setelah usaha herman bangkrut, ia terpaksa bekerja serabutan mulai buruh bangunan, tukang ojeg, atau buruh tani. Hinayah sendiri sering membantu ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan di sela-sela aktivitasnya sebagai atlet panjat tebing. Pemuda kelahiran Musi Banyuasin (Sumatera Selatan) 17 Desember 1995 ini berharap bisa mengubah nasib keluarganya lewat olahraga. Motivasi itulah yang membuatnya tekun berlatih panjat tebing meskipun ia fobia ketinggian bahkan trauma karena pernah jatuh dari ketinggian 10 meter dan cedera. Apalagi teman-teman dan pelatihnya terus memotivasi Hinayah agar tidak menyerah hingga ia mampu mengalahkan fobianya. Kuncinya menurut Hinayah, ia selalu berusaha memanjat tebing secepat mungkin agar bisa segera turun. Boleh dicoba nih, tips dari Hinayah untuk Anda yang fobia ketinggian tapi harus sering 'berurusan' dengan tempat-tempat tinggi.
Titik terang mulai muncul ketika pemuda bertinggi-berat 165 cm/66 kg ini terpilih mengikuti Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda). Ia mendapat uang saku Rp 1,5 juta/bulan yang digunakannya untuk membantu meringankan beban orangtuanya. Kini dengan ratusan juta di tangan, Hinayah ingin membahagiakan kedua orangtuanya. Selain berniat mengumroh dan hajikan orangtua, Hinayah berniat membeli rumah dan membuka usaha untuk orangtuanya. Alumni Politeknik Negeri Sriwijaya (Sumatera Selatan) ini berharap ayahnya tak perlu lagi menjadi buruh bangunan.
Prestasi:
- Medali perunggu Kejuaraan Asia Panjat Tebing 2017 Iran
- Medali emas panjat tebing nomor speed relay putra Asian Games 2018 Jakarta-Palembang (bersama Leonardo Veddriq, Abudzar Yulianto, dan Rindi Suprianto)
(mgh/foto: M.Hatta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar