Perkenalkan, inilah Sheila Timothy atau biasa dipanggil Lala, pemilik perusahaan film Lifelike Pictures. Para penikmat flm-film berkualitas tentu tak asing dengan perusahaan film satu ini yang film-filmnya menomorsatukan kualitas, tidak klise, dan banyak menyabet penghargaan internasional. Bahkan produksi terbarunya, Wiro Sableng yang akan tayang perdana di bioskop akhir bulan depan merupakan film pertama di Asia Pasifik yang diproduksi bersama perusahaan film Amerika Serikat, Fox International Production (anak perusahaan raksasa 20th Century Fox). Lala sengaja memilih Wiro Sableng untk difilmkan karena merupakan pahlawan super asli Indonesia dan karakternya yang manusiawi.
Sulung dari 2 bersaudara ini lahir di Jakarta tepat 29 November 1971, Lala adalah putri dari Eugene Timothy, pemilik perusahaan rekaman Remaco dengan Erna Hoekwater. Sedangkan adiknya, Marsha dikenal sebagai aktris papan atas Indonesia. Melihat sepak terjang Lala sebagai produser film berkualitas beberapa tahun terkahir ini, siapa mengira kalau awalnya ia hanyalah ibu rumah tangga biasa. Iapun tidak pernah mempelajari perfilman secara formal. Lala adalah alumna Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (Jakarta). Sempat bekerja di perusahaan periklanan, Lala total menjadi ibu rumah tangga setelah menikah dengan pengusaha Luki Wanandi. Ia fokus mengurus suami dan anak-anaknya. Rutinitas itu dijalaninya sampai anak-anaknya makin besar dan Lala punya banyak waktu luang. Tiba-tiba suatu hari ia teringat pesan Kepala Sekolah SMAnya, seorang wanita, bahwa wanita haruslah mandiri dan punya karya. Pesan inilah yang membangkitkan gairah lagi dalam diri Lala hingga ia mendirikan Lifelike Pictures. Produksi pertamanya, Pintu Terlarang, film bergenre thriller yang disutradarai Joko Anwar (2008). Hasilnya, langsung menyabet penghargaan sebagai film terbaik dari festival film internasional di Korea Selatan.
Dua tahun kemudian, Lala dan Lifelikenya kembali memproduksi film kedua berjudul Modus Anomali. Lagi-lagi thriller dan disutradarai Joko Anwar. Dan lagi-lagi, meraih penghargaan dari festival film di Korea Selatan. Modus Anomali juga berhasil menembus pasar Inggris, Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Luxemburg, dan Turki.
Sepuluh tahun berkiprah di dunia film, produksi Lifelike 'baru' 4 film panjang dan 1 film pendek. Terbilang belum terlalu banyak dibanding perusahaan-perusahaan film lain. Tapi, dari segi kualitas Lifelike termasuk yang paling konsisten menjaga mutu dan identitas ke-Indonesiaan. "Saya ingin terus membuat film, film yang bagus!" tegas Lala.
Penghargaan:
1. Pintu Terlarang
- Film Terbaik Puchon International Fantastic Film Festival (Pifan) 2009
2. Modus Anomali
- Bucheon Award, Network of Asian Fantastic Films (NAFF) 2011
(mgh/foto: istimewa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar