Senin, 23 Juli 2018

LALU MUHAMMAD ZOHRI : REMAJA YATIM PIATU SANG JUARA DUNIA



Di tengah demam Piala Dunia sepakbola yang diidap sebagian bangsa Indonesia, datang berita mengejutkan sekaligus membanggakan dari Filandia. Salah satu putra bangsa kita yang sedang berjuang di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 IAAF 2018, Lalu Muhammad Zohri meraih medali emas lari nomor 100 m. Mengejutkan dan tak terduga, meskipun sebelumnya Lalu telah meraih puluhan medali termasuk medali emas Kejuaraan Atletik Yunior Asia-Pasifik 2018 di Jepang. Banjir pujian dan janji hadiah mengalir, termasuk dari presiden RI Joko Widodo. Masyarakat yang mengagumi mengikuti setiap kegiatan Lalu hingga sang atlet muda sulit berlatih lagi. Susah juga ya.

Lalu Muhammad Zohri, lahir di Lombok tanggal 1 Juli 2000, bungsu dari 2 bersaudara putra pasangan alm. almh. Ahmad Yani yang nelayan  dan Saeriah yang buruh tani. Lahir di keluarga sangat sederhana, sejak SD Lalu pergi-pulang sekolah setiap hari dengan berlari. Padahal jarak sekolah dari rumahnya 2 km. Kayak film ya? Biasa berlari sejak kecil, fisik dan kemampuannyapun tertempa hingga menarik perhatian ibu Rosida, guru olahraganya di SMPN 1 Pemenang. Bu Rosidapun melatih Lalu dengan lebih serius, mengarahkan pada olahraga atletik. Lalupun diikutkan berbagai kejuaraan atletik antar siswa hingga kejurda dan selalu meraih medali. Prestasi Lalupun menarik perhatian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB yang langsung memasukkan Lalu ke Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Mataram. Di sini, Lalu dilatih lebih intens dan diikutkan berbagai kejuaraan di tingkat nasional. Lalupun selalu pulang dengan gelar juara untuk daerahnya. Dan Pelatnaspun menyambutnya. 

Di balik kilau puluhan medali berbagai kejuaraan atletik nasional dan internasional yang sudah dikutinya, ada perjuangan tanpa lelah Lalu selama bertahun-tahun. Hanya tinggal berdua dengan sang kakak, Baiq Fazilah di Desa Pemenang Barat, Lombok Utara, NTB. , karena kedua orang tua mereka telah tiada. Rumah Lalu jauh dari rumah atlet kelas dunia yang ada di benak banyak orang. Rumahnya hanalah gubuk peninggalan orang tua, berdinding bambu yang sudah bolong di sana sini dengan atap asbes dan genting yang juga sudah bolong-bolong. Siapa yang menduga di dalamnya puluhan medali tersimpan. Rumah inilah saksi bisu perjuangan Lalu sebelum masuk PPLP. 

Dulu, setiap hari setelah sholat Subuh Lalu yang masih SMP berlari dari rumahnya ke pantai Bangsal yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah. Di sana ia berlatih lari mulai pukul 5 sampai 7 pagi. Lalu mulai latihan lagi di tempat yang sama sore hari setelah sholat Ashar sekitar pukul 4 sore hingga 6 petang. Rutinitas itu dilakoninya dengan determinasi tinggi setiap hari selama bertahun-tahun. Hasilnya, kini Indonesia bangga punya Lalu Mujammad Zohri.(mgh/foto: serambi indonesia)












Tidak ada komentar:

Posting Komentar