Pengusaha muda kelahiran Sydney (Australia) 9 November
1991 ini terpilih masuk daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2018. Artinya Forbes
menilai Adrian termasuk 1 dari 30
pengusaha berusia di bawah 30 tahun yang paling cemerlang di Asia tahun 2018.
Iapun menyabet penghargaan Endeavour Entrepreneur atau jaringan global
wirausaha yang berdampak besar. Membanggakan! Bukan hanya karena suksesnya diakui
internasional, namun karena usaha yang dijalaninya berangkat dari ide sederhana
dan dirintis dari nol.
Adrian dan adiknya Eugenie atau Nini, adalah pendiri PT
Puyo Indonesia yang memproduksi puding Puyo. Inilah puding kekinian yang
dipasarkan di 40 outlet mall-mall Jabodetabek dan Bandung. Siapa sangka beberapa
tahun lalu, Adrian dan Nini masih menerjakan segalanya berdua saja. Mulai memilih resep, membuat puding di dapur rumah orang tua mereka,
memasarkan puding Puyo lewat medsos, hingga mengantar presanan dengan mobil
biasa semua dikerjakan kakak beradik ini. Soal keuangan bisnis mereka, Adrian
dan Nini hanya menerima gaji. Sisa keuntungan depenuhnya untuk pengembangan
usaha. Merekapun rajin mengikuti bazaar di berbagai mall untuk memperkenalkan Puyo.
Hasilnya? Sekarang mereka tidak lagi mengerjakan semuanya sendiri karena sudah
ada lebih dari 200 karyawan yang membantu mereka menjalankan usaha. Tidak lagi
bekerja dari rumah orang tua mereka, Adrian dan Nini sudah punya kantor 3
lantai di Taman Tekno, BSD, Tangerang Selatan. Penggemar film Laskar Pelangi yang sempat kuliah di
Swinburne University (Australia) menangani pengembangan bisnis dan operasional.
Sedangkan sang adik, Nini, mengurusi pemasaran, promosi, dan desain.
Hebatnya lagi, meski menilai usahanya belum besar tapi
Adrian dan Nini selalu mengadakan kegiatan sosial untuk berbagi dengan sesama.
Mereka bahkan sudah mendirikan Yayasan Puyo Peduli sejak awal berbisnis. Lewat yayasan ini, Adrian dan Nini membagi keuntungan dari penjualan
Puyo dalam bentuk sumbangan untuk pelestarian penyu yang terancam punah, sumbangan buku-buku anak untuk taman
bacaan, dan tahun ini mereka akan membangun taman bacaan gratis di pedalaman.
“Puyo belum jadi perusahaan besar. Tapi kami mau sejak
awal meskipun bisnis masih kecil, sekecil apapun kami harus give back setiap tahun,”kata pemuda kalem
putra bapak Paul dan ibu Linda Agus. Mimpi Adrian sekarang, Puyo makin
berkembang hingga menjadi merk internasional yang dibanggakan bangsa Indonesia.
Kita doakan. (mgh/foto: kinibisa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar