Jumat, 30 November 2012

ASMUJIONO : 'KORBANKAN' MATA DEMI TAKLUKKAN EVEREST


Dari 3 anggota Kopassus yang berhasil menaklukkan Everest (1997), Prajurit Satu (Pratu) Asmujiono, Sersan Misirin, dan Lettu Iwan Setiawan,  Pratu Asmujionolah yang pertama menjejakkan kaki dan menancapkan Sang Dwi Warna di puncak tertinggi dunia. Ketangguhannya telah teruji hasil tempaan kehidupan sejak ia masih kecil.

Dilahirkan dalam keluarga petani, pria kelahiran Malang (Jawa Timur), 1 September 1971 ini telah kehilangan kedua orang tuanya saat masih kecil hingga terpaksa hidup berpindah-pindah orang tua angkat. Saat SD, kekurangan biaya dan tempat tinggal yang berjarak 4 km dari sekolahnya tak menyurutkan semangat Beliau untuk terus belajar. Setiap Subuh Asmujiono kecil bangun dan berjalan kaki menuju sekolahnya yang berjarak 4 km dari tempat tinggalnya. Dalam tasnya, selain alat tulis dan buku juga dibawa seragam dan alat mandi. Setiba di tujuan, barulah Beliau mandi di kamar mandi sekolah. Ini dilakukan setiap hari hingga lulus SMP. Apalagi, saat SMP jarak Sekolah Beliau lebih jauh lagi: 7 km dari tempat tinggalnya! Padahal sepulang sekolah, Beliau masih bekerja di kebun membantu orang tua angkatnya. Ketiadaan biaya pula yang memaksa Pak Asmujiono berhenti sekolah selama setahun saat duduk di kelas V SD. 

Tempaan itu membentuk Pak Asmujiono menjadi pribadi yang kuat sekaligus berkemampuan fisik tangguh. Terbukti, Beliau berhasil menjadi juara numum lomba maraton se-Jawa Timur yang diadakan dalam rangka hari jadi kota Malang. Tidak tanggung-tanggung, Beliau mengalahkan para pelari dari kota-kota lain termasuk Surabaya dan Jakarta. Sejak kecil, anak ke-5 dari 6 bersaudara ini bercita-cita menjadi orang terkenal. Saat duduk di bangku SMA Diponegoro Malang, Beliau mantap bercita-cita menjadi tentara. Sayang, karena kurang informasi, terpaksalah harus menunggu 1 tahun untuk mendaftar sebagai anggota militer. Selama itu, Beliau bekerja sebagai pedagang buah. 2 tahun setelah lulus SMA, barulah Beliau bisa mendaftar ke Kopassus dan diterima! Sempat bertugas di Timor Timur (kini Timor Leste) selama 10 bulan, Pak Asmujiono kemudian lolos seleksi Ekspedisi Mount Everest (1997). Tak tanggung-tanggung, Pak Asmujiono menempati peringkat teratas diantara para peserta seleksi ekspedisi itu. 

Semangat pantang menyerah, mental yang kuat, dan fisik yang prima menjadi kunci keberhasilannya menaklukkan Everest. Saking gembiranya waktu mencapai puncak Everest, Pak Asmujiono melepas kaca mata, selang oksigen, dan semua penutup wajahnya waktu itu. Padahal ini telah dilarang pelatih Ekspedisi Mount Everest, Anatoli Boukreev. Ditambah selama pendakian ke puncak Everest, Pak Asmujiono yang waktu itu berusia 25 tahun tidak makan dan minum saking semangatnya. Dampaknya, sepulang dari Everest, kesehatan mata dan fisik Pak Asmujiono terganggu. Bahkan akibat melepas kaca mata ketika di puncak Everest, kornea mata Beliau rusak dan harus diganti kornea palsu hingga kini. Kemunduran fisik ini pula yang membuat Beliau keluar dari Kopassus.(MGH/Foto: Metalanet)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar