Kamis, 29 November 2012

EKSPEDISI MOUNT EVEREST KOPASSUS 1997 (Bagian 1)

Untuk mengangkat nama Kopassus dan Indonesia ke tingkat Internasional, Danjen Kopassus Prabowo Subianto menggagas Ekspedisi Mount Everest yang bertujuan menaklukkan gunung tertinggi di dunia dan menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di dunia yang anggota militernya sukses menapaki puncak Everest. Ekspedisi ini sukses mencapai target dan mendapat perhatian media internasional. Berikut catatan pribadi pendakian tersebut dari sudut pandang Anatoli Boukreev, pendaki gunung profesional Rusia yang melatih para anggota Ekspedisi Mount Everest. Catatan ini disarikan Jess, anggota Forum Yahoo dari buku The Climb yang ditulis Boukreev, dengan ditambah berbagai sumber online yang relevan. Karena panjangnya tulisan, saya akan mengunggah perbagian (terdiri dari 5 bagian) setiap hari. 




Saya melihat orang-orang Indonesia percaya dengan kemampuan saya, selain saya memang memerlukan uang untuk hidup. Saya harap mereka bisa mengakui saya sebagai pelatih dan pemimpin dalam tim ini. Saya membutuhkan hal ini karena terus terang saya sangat tersinggung dengan tulisan media-media Amerika tentang musibah (yang menewaskan Scott Fischer, Yosuko Namba, dan sejumlah pendaki ) tahun lalu. 

Tanpa sokongan dari teman-teman di Eropa seperti Rolf Dujmovits dan Reinhold Messner, maka nama saya di mata masyarakat Amerika sangat buruk. Setelah saya bertemu dengan organisator tim indonesia di Kathmandu, saya terbang ke Jakarta untuk berbicara dengan Jendral Prabowo,  sebagai Kordinator Pendakian Nasional.

Saya mengatakan secara terus terang kepadanya, bahwa dengan keadaan seperti sekarang, keberhasilan mencapai puncak Everest, saya perkiraan sangat kecil. Saya mengatakan padanya, mungkin hanya 30%, dan itu juga artinya hanya satu pendaki yang sampai ke puncak. Selanjutnya saya terangkan kemungkinan jatuh korban bisa mencapai 50%-50%. Jadi dengan kemampuan yang dimiliki pendaki Indonesia, rencana untuk mendaki Everest menurut saya tidak bisa diterima.

Karena itu saya mengusulkan satu tahun penuh latihan mendaki gunung tinggi sekaligus beraklimitasi, dan usulan saya ditolak. Tradisi saya dalam olahraga ini adalah selalu memakai pikiran yang sehat, bukan dengan cara "Roulette Rusia".

Kematian seorang anggota ekspedisi, selalu menjadi pukulan berat yang menghancurkan semangat mencapai puncak. Di gunung dengan ketinggian lebih dari 8000m, tingkat keselamatan pendaki amatir akan menurun, tak peduli ia dalam kondisi super fit. Saya tidak bisa menjamin keselamatan orang-orang yang sangat sedikit atau sama sekali tidak berpengalaman di gunung-gunung tertinggi di dunia 

Orang Indonesia bisa membeli dan mempelajari pengalaman saya, nasehat saya, dan tugas saya sebagai pemimpin pendakian dan tim penyelamat. Kalau mereka ingin ke puncak Everest, mereka harus menanggung sendiri akibat dari kesombongan mereka nanti, karena mereka sangat tidak berpengalaman. Jendral Prabowo meyakinkan saya, bahwa orang-orang mereka sangat bermotivasi dan mampu. Mereka akan memberi jiwa mereka, untuk mencapai tujuan ini. Satu jawaban jujur yang membuat saya syok.

Saya mulai membuat rancangan kerja agar pendaki Indonesia mendapat cukup kesempatan belajar dari pengalaman saya, tapi juga mereka harus belajar berdiri sendiri. Karena akhirnya semua ini tergantung dari kemampuan perorangan dan tanggung jawab individu. Karena walaupun sebelumnya semua telah dipersiapkan, tetap saja pendakian ke Puncak Everest akan sangat berbahaya. Jendral Prabowo setuju, sebelum ekspedisi mulai, tim pendaki harus berlatih dan meningkatkan kondisi.

Saya tahu, bahwa kami membutuhkan para pelatih yang sangat menguasai teknik dan pengalaman mendaki gunung-gunung tinggi, yang nantinya akan berperan sebagai penasehat bak saat aklimatisasi maupun pendakian puncak, sekaligus sebagai tim penyelamat. Konsep tentang sebuah tim penyelamat sangat penting bagi saya, karena itu saya tekankan dengan jelas. Saya juga tidak bersedia memberi garansi ke jendral Prabowo akan keberhasilan ekspedisi ini.

Saya juga tidak akan melanjutkan ekspedisi ini, walaupun kita sudah dekat puncak, seandainya terjadi situasi yang tidak menguntungkan bagi keselamatan tim. Jendral Prabowo juga harus mengerti tentang kondisi para pendaki ketika hendak ke puncak, juga keadaan cuaca yang mungkin saja membatalkan rencana summit attack. Semua itu saya yang menentukan. Dia harus mengerti, di ketinggian 8000 m, bahkan tim penyelamat terbaik dunia pun tidak bisa memberi garansi 100%. Andai hal yang tak diinginkan terjadi, saya akan melakukan usaha penyelamatan dengan resiko keselamatan saya. Itulah dasar perjanjian kami. Program pelatihan  akan kami mulai tepat waktu. Direncanakan pelatihan aklimasi di ketinggian 6000m dengan udara dingin dan angin awal musim dingin. Kami akan berlatih, disiplin, mental dan stamina di cuaca yang berat, sesuai dengan tantangan di Everest nanti. 

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar