Awal milenium ini namanya mendunia setelah terpilih menjadi penari utama diva Amerika Serikat Madonna. Eko dipilih dari 6000 penari profesional yang mengikuti audisi. Bukan hanya keahliannya menari, namun terutama kemahiran Eko menampilkan gerakan pencak silat dengan dipadukan tarilah yang membuat Madonna 'jatuh hati'. Kini, Eko aktif sebagai penata tari tak hanya di tingkat nasional namun juga internasional. Eko antara lain terlibat dalam American Dance Festival (ADF) di Durham (Amerika Serikat), Asia Pacific Performance Exchange (APPEX) di Los Angeles, Le Grand Macabre di Paris dan London, opera Love Cloud di Venezia (Italia), Asian Contemporary Dance Festival di Osaka (Jepang), Flowering Tree di Wina, juga The Tempest di Auckland. Eko juga diundang sebagai 'artist in residence' dalam perhelatan MAU Forum di Auckland. Mei lalu, para penari Maya Dance Theatre dari Singapura datang ke Solo untuk latihan menari pada Eko. Dan ini bukan yang pertama kalinya Eko diajak bekerjasama dengan seniman-seniman internasional.
Meski namanya sangat Jawa, Eko lahir di Astambul (Kalimantan Selatan) tanggal 26 November 1970 dan kemudian dibesarkan di Magelang (Jawa Tengah). Sejak usia belia, Eko sudah tahu benar panggilan jiwanya adalah seni. Bakatnya ini menurun dari sang kakek, Djojoprajitno, penari kelompok Wayang Orang Sriwedari. Dari kakek dan pamannya pula ia belajar tari tradisional dan pencak silat sejak usia 6 tahun. Namun seperti kebanyakan keluarga lain di Indonesia, keluarga Eko menginginkannya menjadi karyawan bank atau PNS yang dianggap pekerjaan 'mapan'. Apalagi, latar belakang keluarganya yang tergolong kurang mampu, membuat harapan mereka agar Eko mempunyai pekerjaan yang dianggap 'menjamin' lebih besar lagi. Tak putus asa, Eko tetap serius menekuni tari. Akibatnya, bukan hanya teman-teman SMAnya meledek Eko banci, tapi keluarganyapun mencibir. Meski berat, Eko tetap tak menyerah dan terus merintis cita-citanya menjadi penari.
Lulus SMA, Eko melanjutkan ke Sekolah Tinggi Tari Indonesia (STSI) Solo (sekarang Institut Seni Indonesia/ISI Solo). Menekuni bidang yang dicintainya, membuat Eko belajar dengan sepenuh hati. Tak hanya menimba ilmu di kampus, iapun rajin berguru pada seniman-seniman lain baik yang beraliran tradisional maupun modern. Lulus dari STSI, ia melanjutkan pendidikan seni ke Amerika Serikat hingga meraih gelar Master of Fine Arts (MFA) dari University of California Los Angeles (UCLA). Tak banyak yang tahu, Eko sempat muncul dalam satu film produksi Hollywood sebagai.....orang Jepang!
Kini, tak ada lagi yang meremehkan Eko. Kawan-kawan yang dulu mengejeknyapun berbalik bangga dan mengaguminya. Di luar panggung, Eko telah menjadi ayah 2 anak dari pernikahannya dengan Astri Kusuma Wardani. Keluarga kecil ini tinggal di Solo (Jawa Tengah). Ekopun telah membuktikan tak hanya mampu menghidupi keluarganya dari tari, namun juga mengharumkan nama Indonesia ke tingkat dunia. Selain mengajar tari di Solo Dance Studio miliknya, Eko juga sibuk mengajar di almamaternya, ISI.
Tentang fenomena mewabahnya tari dari luar negeri terutama hip hop di Indonesia, Eko menyampaikan opininya,"Kita bisa ikuti tarian mereka, misalnya hip hop dalam waktu singkat. Kita bahkan bisa menguasai tarian itu hanya dalam waktu beberapa jam. Tapi mereka enggak bisa ikuti tari tradisional kita dalam hitungan jam. Paling tidak mereka butuh waktu berbulan-bulan bahkan tahunan untuk menguasai tarian kita."
Eko menambahkan, Indonesia merupakan negara dengan ragam tari tradisional terbanyak di dunia. "Kita nomor satu di dunia," tegas Eko mantap. Eko bisa dikontak di 0813.295.045.04 atau 0818.088.688.08 email: ekodances@gmail.com atau info@solodancestudio.org Kalau ingin tahu kiprah terbaru Eko dan Solo Dance Studio, bisa akses www.solodancestudio.org Ingin bertemu langsung, silakan datang ke Perum RC Palur Jl. Renyeb No.64 Ngringo , Palur, Karanganyar 57772 (Jawa Tengah). (MGH/Foto: Koleksi Pribadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar